Kepergianmu

 

♪♪Di dalam hatiku yakin serta percaya…

Pada kekuatan doa yang engkau titipkan …

Lewat Tuhan membuat semangat bila diri ini rapuh…

Dan tiada berdaya…

Ada surga di telapak kakimu…

Betapa besar arti dirimu…

Buka pintu maafmu…

Saat kulukai hatimu…

Ada surga ditelapak kakimu lambangkan mulianya dirimu…

Hanya lewat restumu terbuka pintu ke surga…

Kasih sayangmu begitu tulus…

Kau cahaya di hidupku…

Tiada seorang pun yang dapat menggantimu♪♪

 

Ku teringat saat pertama kali ku lihat dunia, aku bingung dan bertanya-tanya. “Dimana Ini?”. Yang pertama kulihat hanya seorang perempuan yang membelaiku dengan tatapan sayang.  Hari demi hari kulalui, dan ternyata aku tahu inilah ibu..Ini mama..Ini Bundaku.

Tangan lembut dan senyum yang tak pernah pudar, itulah ibuku. Setiap kali ku menangis, ibu selalu menghiburku. Setiap kali ku terjatuh, tak pernah ibu biarkan aku sampai menangis. Ibu selalu merasakan apa yang kurasa.

Waktu telah berlalu, seiring putaran jam, menit dan detik. Dulu, Ibu selalu mengantarku ke sekolah. Rasanya aku tak ingin berpisah dengan ibu. Bila malam telah tiba, aku tak lagi mendengar bunyi bising, yang aku dengar hanyalah suara merdu ibuku. Tapi kini, semuanya telah berubah. Aku telah sendiri, tanpa seorang ibu disampingku. Bahkan aku harus menapaki hari pertama di SMP tanpa seorang ibu.

♥♥♥

“Bundaku selalu menyiapkan sarapan buatku, selalu mengecup pipiku setiap kali aku hendak bepergian. Aku senang selalu punya orang tua seperti Bunda”, Kata temanku ketika istirahat di kantin. Aku hanya bisa menatapnya dengan tatapan kosong  dan menangis di dalam hati keciku. “Ibu, kenapa kau pergi secepat ini…??”.

Saat itu, angin seolah-olah berisik di telingaku, dedaunan bergoyang di depanku, sederetan pasir berderet di depanku dan langit menangis saat menatapku. Aku tak tahu apa artinya ini semua, tapi aku merasa ada yang buruk. Aku takut terjadi sesuatu dengan Ibu.

Ah, acuhkan saja itu!! Tidak mungkin ini terjadi. Tapi saat aku melangkah masuk ke rumah, sepulang dari Les privatku,  jantungku tiba-tiba berdetak cepat, Tangan kakiku gemetaran, mulutku tak mampu berucap sepatah kata. “Queen, Ibu telah pergi ‘tuk selamanya…” kalimat yang diucapkan Ayah dengan terbata-bata itu menjawab semua kegelisahan aku hari ini.

Mungkin tak ada seseorangpun yang dapat menebak perasaanku saat itu. Sedih, tangis dan rasa tak percaya bercampur menjadi satu. Aku tak dapat mencium ibuku untuk terakhir kalinya. Ibu telah tiada. Gadis periang julukan teman-temanku, tak akan kalian temukan lagi. kini, aku masih sangat terpukul dengan kejadian ini. Aku hanya dapat menatap wajah ibu dan tubuh yang terlunjur kaku dalam sebuah kotak hitam yang dihiasi dengan bunga-bunga tanda berkabung. “Tuhan, Mengapa kau berikan cobaan ini?? Aku tak sanggup. Aku tak mau dan aku belum siap menghadapi ini semua..” Tanyaku pada Tuhan. Disaat teman-temanku masih bisa bercanda dan bermanja dengan ibu, masih bisa memanggil mereka dengan sebutan mama..Ibu atau Bunda. Aku sudah harus menghadapi kenyataan yang menurutku ini tak adil.

Angin, dedaunan, pasir dan langit semua turut berkabung. Di sore itu, aku melihat dengan mataku yang sangat membengkak, sederetan pakaian hitam yang menatap wajah ibu dengan raut wajah yang hampir tak ada senyum.

Semuanya hening..Yang terdengar hanyalah jerit tangisku, Ayahku dan semua handai taulan[1]. Dengan pedih yang takkan terobati ku melafaskan nyanyian dan puisi ku untuk Ibu..

Embun membasahi kalbuku…

Ku tertegun sejenak…

Merenung semua kisah ini…

Dengan pasti, Ku buka memoriku yang hampir sirna..

Betapa riangnya kisahku dengan ibu..

Canda dan tawa selalu menghiasi hari-hari kita..

Ku menggeliat manja dalam pelukanmu,,,

Tangisku selalu membuat luka di hatimu..

Sakitku selalu menjadi beban bagimu…

Seakan-akan aku dan Ibu menyatu…

Ibu…Kenapa harus sekarang??

Mengapa kau begitu cepat pergi tinggalkanku..??

Lihatlah Aku Ibu..!!

Anakmu ini terluka karena kepergianmu..

Aku masih butuh ibu ada disampingku..

Menopang dan membimbingku hingga dewasa…

Ibu, Seiring terbitnya mentari di esok hari…

Wajahmu tak dapat kulihat lagi..

Senyummu hanya tinggal di hatiku…

Nasehatmu kan selalu kujalani..

Ibu, kepergianmu ini membuat luka yang sangat mendalam bagiku..

Selamat jalan Ibuku tercinta…

Semoga kau mendapat tempat di sisi Tuhan…

Aku kan selalu berdoa ‘tuk Ibu..

Tiada yang dapat menggantikanmu..Ibu…

♪♪Apa yang ku berikan untuk Ibu…

Untuk Ibu..Tersayang

Tak kumiliki sesuatu berharga untuk Ibu…tercinta

Hanya ini ku nyanyikan

Senandung dari hatiku untuk Ibu..

Hanya sebuah lagu sederhana…

Lagu cinta ku untuk Ibu…♪♪

♫♫♫

♪♪Biarlah kusimpan..sampai nanti aku…

Kan ada disana…tenanglah dirimu dalam kedamaian

Ingatlah Ibuku..Kau tak terlihat lagi.

namun cintamu abadi…

Adakah disana Kau rindu padaku..

meski kita kini ada di dunia berbeda

Bila masih mungkin waktu ku putar..

kan ku tunggu dirimu….♪♪

Karangan bunga memenuhi barisan depan rumahku. Mobil putih milik rumah sakit, sudah siap mengantar ibuku ke tempat istirahatnya yang terakhir. Bunyi terompet pun mengiringi kepergian itu. Kulihat di atas sana, Matahari hampir terbenam. Dan aku mengantar ibu ke tempat istirahatnya yang terakhir serta berharap Ibu kan tenang disana. Aku tak dapat membendung lagi kesedihan ini, akhirnya kuluapkan itu dengan tangis yang tak sanggup hadapi kenyataan.

Sebutir pasir mulai menutupi kotak hitam itu. 90° sudah jarum jam berputar. Tak terasa kotak itu telah tertutup oleh tanah. Batu nisan yang tertulis nama Ibuku, kini telah dipasang di atas sekumpulan tanah itu. Mobil berderet menuju rumahku dengan perasaan lega dan haru yang datang secara teratur. Kamar depan kini telah tiada penghuninya, Rumahku, keluargaku telah berkurang 1 orang. Namun, di surga sana bertambah 1 orang, yaitu : Ibuku.

“yang sabar ya Queen, aku akan mencoba mengerti dan memahamikmu..Kisah mu sungguh memilukan. Terima kasih karena kau telah menceritakannya buatku. Aku belajar banyak darimu, untuk lebih mengasihi dan menyayangi Mamaku lagi.” Ujar Mutia sahabatku sambil mengusap air mataku yang jatuh menetes.  Awalnya aku tak bisa menerima ini semua, Tapi jika aku gelisah disini, Ibuku pasti akan gelisah disana.

♥♥♥

“Queen, ayo cepat. Ini kan hari yang kamu tunggu..”Panggil ayahku. “Ia yah, sebentar lagi”,teriakku menjawab panggilan ayah. Dengan senang kami menuju gedung Siwalima. Aku sudah tidak sabar lagi menunggu saat-saat ini.

“Selamat ya Queen, kamu berhasil menjadi lulusan terbaik” Ucap Nitha sahabatku sambil berjabat tangan denganku. “Ia, terima kasih. Semoga sukses.”Jawabku dengan gembira. Hari ini aku diwisudakan menjadi seorang sarjana Hukum, cita-citaku dan ibu dulu. Dan kini aku berhasil mewujudkan itu semua.

“Yah, ayo kita pergi ke tempat Ibu. Aku sudah tidak sabar menunjukan kesuksesanku ini pada ibu.”desakku pada ayah. “Ia, Queen. Ayah juga begitu.” …

Sesampainya disana, Aku langsung berlutut menatap nisan ibuku. “ Ibu, Ini aku. Aku yang kembali datang bersujud padamu dengan rasa sayang.” Ujarku sambil meneteskan air mata. “Ibu, sekarang aku sudah dewasa. Aku sudah bisa mandiri. Lihat piala ini bu, Lihat pakaian yang kukenakan ini. Ini hanya untukmu ibu..Ku berjuang hanya untukmu. Kau penyemangat diriku. Terima kasih untuk didikanmu, Terima kasih untuk semua yang tlah kau beri. Setiap malam, ku selalu pandang langit dan bintang yang bertaburan sambil berdoa untukmu. Aku selalu sayang Ibu- I always still  love my mother”.


[1] Kerabat-Kerabat

9 thoughts on “Kepergianmu

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s