Sebuah Kisah tentang Kehilangan

Beberapa bulan lalu, di akhir liburanku di kota Jogjakarta, aku mendapat kabar yang mendukakan hatiku. Malam itu, aku sedang menatap kosong keluar jendela kereta api yang sedang menuju Jakarta. Hari itu, aku baru saja menyelesaikan liburan singkat bersama 2 orang teman dan sedang dalam perjalanan kembali ke “realita”.

Now or Never

Pagi itu, 28 Agustus 2015, toga impian masa kecilku membungkus tubuhku dan aku terlihat kecil di dalamnya. Berjalan dengan langkah pasti, menaiki podium, menunduk, tersenyum dan bersalaman. Hari itu, aku memejam mata sejenak, berbisik dan berujar “mama, ini untukmu”. Melihat ke atas di tengah teriknya mentari, di tengah keramaian dan berharap mama melihat dari atas…

Menunduk pada Debu

Dengan gentar ku melangkahkan kaki, rasa takut datang menghampiri ku tegarkan hati tuk menengok ke belakang berat rasa tuk kembali menatap masa akan datang anganku melayang tinggi…. Angin membawa pergi asa yang tinggal kenangan masih tangguhkah aku berada disini? masih kuatkah ku berjalan dalam kekosongan? Ah….dunia semakin individualis Dengan optimis, ku tahu tak ada yang…

Bahagia di Penghujung Mentari

Tubuhku menatap eloknya senja Dikala rintik hujan menetes.. Gemercik air canda dan tawa tlah menanti.. Aku disini termangu.. Rel aku dan dia tak sama… Beda disaat detik bergoyang Bayangan jalan kaku ada di bola mataku.. Ku meringis saat mengecap pahitnya hidup… Jari tak lagi tersentuh.. Itulah surat kepasrahan… Detik terus bergoyang dan bergoyang Tak terasa…

Guruku Tercinta

Raja siang mengelus tubuhku.. Aku disini termangu menahan pahitnya duka.. Di Saat melihat bayang-bayang samarmu beranjak pergi… Ada sejumput asa yang terbesit di dada ini Ada segenggam harapan yang terpatri di hati ini Dengan kasih, kau ukir prasasti baktimu Disini, di sekolah ini kau mendesain dan membimbing anak bangsa Disini, di sekolah ini Kau mengajar,…