Pagi hari, Sang surya telah menampakan wajahnya yang bersinar. Pagi itu pula, Gino melangkahkan kakinya dengan wajah kusut, meskipun ia telah mencicipi sarapannya. Sepertinya, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Entah apa yang membuat dirinya selalu gundah saat ia menjadi siswa baru di SMA Nusa Bangsa. Sejak ia pindah ke sekolahnya yang baru, ia lebih seriing berdiam diri, berwajah kusut dan tak seceria dulu.
Ketika sampai di sekolahnya, terlihat banyak anak-anak yang telah berkumpul dengan teman-teman gank-nya masing-masing. Sepertinya mereka sedang menggosipkan anak-anak gank lain.
“Eh, lihat tuh aksinya gank cute, sok cute gitu deh! Mereka pasti mau ngerjain anak baru itu lagi!” Ujar Ani. “Ia tuh, aku dengar sejak Gino masuk sekolah ini, setiap hari ia diganggu oleh anak-anak gank cute. Sepertinya, mereka senang gangguin Gino. Padahal dia anaknya baik, pintar dan sopan,”Kata Sari. “Gino kan cowok, jika aku jadi Gino, pasti sudah ku balas perbuatan mereka,” tambahnya lagi.
Di dalam kelas, Gino tengah asyik membaca novelnya. Gino suka sekali membaca novel, salah satunya Angels and Demons. Tiba-tiba, “Hey anak baru. Apa yang kamu lakukan disini? Mulai sekarang kamu duduk disampingku,”Ujar Tiur dengan geramnya. Entah apa yang menjadi tujuan Tiur untuk menyuruh Gino duduk disampingnya. Sepertinya, Tiur ingin memanfaatkan kepintaran Gino. “Ta…tapi, sejak masuk sekolah hingga sekarang, aku duduk disini dan aku sudah merasa nyaman di tempat ini. Sulit bagiku untuk pindah ke tempat lain dan menyesuaikan diri lagi,” kata Gino terbata-bata sambil membela dirinya. “Itu urusanmu, bukan urusanku. Yang jelas setelah istirahat nanti kamu harus duduk disampingku,” tegas Tiur yang kemudian berlalu dengan teman-teman ganknya. Sambil setengah berlari, Ani dan Sari menghampiri Gino. “Kamu ini kenapa sih? Kamu itu cowok. Kok takut pada cewek?,”Tanya Ani penasaran. “Ia, kamu kok takut pada cewek-cewek centil itu,” tambah Sari. Mendengar perkataan mereka, Gino hanya terdiam. “Ayo dong kamu harus bangkit dari ketidakadilan ini. Apa kamu tega membiarkan kemerdekaan kamu terus dijajah mereka?,” lanjut Sari memberikan semangat tapi Gino masih saja terdiam dan merenungkan apa yang dikatakan oleh kedua temannya.
Malamnya, di kamarnya, Gino masih terdiam dan merenungkan kejadian di sekolah tadi. Kakaknya Andi masuk dan membuyarkan lamunan adik kesayangannya itu. “Gino, kamu ini kenapa sih? Dari tadi siang kakak perhatikan kamu murung terus. Ada apa sih? Cerita dong pada kakak. Mungkin kakak bisa bantu.”
“Hhhmmm…begini kak. Di sekolah aku punya teman dan gank galak namanya gank cute. Mereka itu tiap hari gangguin aku. Kalau ada teman yang nolongin aku, pasti anak itu juga digosipin dan dikucilkan. Makanya gak ada yang berani melawan mereka!, “Tutur Gino dengan wajah yang sedih. “Besok pasti aku dikerjain lagi. aku pengen banget melawan mereka, tapi mereka tuh punya andil di sekolah itu. Kalau aku melawan pasti aku dikerjain lagi,” tambahnya lagi. “Oh, jadi karena itu. Menurut kakak kamu hanya butuh keberanian yang besar, meskipun mereka punya andil di sekolah, namun status kamu dan mereka tetap sama. Mereka siswa, kamu pun juga siswa. Kakak yakin di sekolah pasti tak ada perbedaan,” kakaknya mencoba memberikan solusi atas masalah adiknya itu. “Berani?????,”Tanya Gino masih tak percaya diri.
“Ya. Berani mengatakan tidak pada hal yang tidak kamu inginkan!,”Ujar kakaknya.
“Kalau aku dikerjain lagi gimana, kak?”
“kamu belum mencobanya bukan? Makanya coba saja dulu.” Kakaknya meyakinkan Gino dan mengajaknya makan.
Keesokan harinya Gino bersiap ke sekolah dan melangkahkan kakinya dengan pasti menuju ke sekolah. Hari ini dia akan menunjukan bahwa dia adalah seseorang yang berhak menentukan pilihannya sendiri, tanpa ada paksaan dari orang lain. Ketika sampai di sekolah ia melihat tas Tiur belum ada, berarti Tiur belum tiba di sekolah. Kemudian ia melangkah ke tempat duduknya yang pertama.
Ketika ia sedang membaca novelnya, muncullah Tiur dengan marah. “Hai anak baru, bagus yah? Kamu rupanya sudah mulai melawan sekarang. Sudah aku bilang mulai sekarang kamu duduk disampingku bukan?” bentak Tiur. Gino terdiam sejenak dan mengumpulkan seluruh keberaniannya. “Aku mau duduk dimanapun aku suka. Lagipula aku independen, tidak dijajah dan aku paling tidak suka ada orang yang sok berkuasa dan memerintah disini,”ujar Gino dengan yakin. Ketika Tiur dan teman-temannya ingin melawan tiba-tiba Ani masuk dan berkata, “Kita tak mau dijajah. Disini semua sama, kita adalah murid.” Ya benar itu, yang lain menambahkan. Kemudian Tiur dan teman-temannya kembali ke tempat duduknya dan berdiam diri sampai pulang. Sejak saat itu Gino menjadi pahlawan di kelasnya. Kini Gino semakin bersemangat untuk menggapai impiannya dan tak akan pernah ia biarkan lepas begitu saja. (Misyel)