Naskah Drama

Tema                : Pengabdian Guru

Judul               : Guruku, Penyemangatku

Karya               : Agnes de Sirat (XI IPA – 3)

Para Pelaku      :

–          Pak Syaiful (Pak Aip)

–          Mira

–          Liliz

–          Aji

–          Ati

–          Wawan

–          Rachel

–          Asep

–          Ina

Di sebuah desa yang kecil dan sederhana terdapat seorang pejuang yang digemari banyak penduduk desa. Beliau adalah Pak Syaiful, guru Bahasa Indonesia di SMA Xtra, yakni SMA sederhana yang hanya terdiri dari 28 orang murid. Namun beliau tidak pernah putus asa. Pak Syaiful yang biasa disapa Pak Aip  selalu menyemangati siswa-siswanya agar terus berjuang, meraih mimpi.

Pak Aip   : ………Chairil Anwar selalu menuangkan ide-ide dan perasaannya dalam bentuk syair. Lihat saja pusinya yang berjudul “Aku” . Chairil  mengemukakan tentang pemberontakan dari segala bentuk penindasan. AKU!!  Kalau sampai waktuku..ku mau tak seorang kan merayu..Tidak Juga kau. ……… Aku mau hidup seribu tahun lagi. Ada yang tahu maksud dari syair ini??

Wawan     : Menurut saya, Penulis ingin mengungkapkan tentang keinginan terbesar nya untuk tetap bertahan, meraih mimpinya. Dan bila saatnya nanti, entah berhasil atau tidak, dia tidak ingin seorang pun menangis atau meratapinya, siapapun itu.

Pak Aip   : Pemikiran yang baik, ada yang ingin menambahkan?

Asep       : Disini, penulis ingin hidup seribu tahun lagi, namun dia menyadari keterbatasan usianya dan kalau ajalnya tiba, ia tidak ingin seorang pun meratapinya

Pak Aip   : Ide-Ide yang cerdas. Bapak salut pada kalian semua. Bapak harap kalian mengerti tentang puisi, dan kelak kalian menjadi seorang yang sukses. Pergi merantau meraih mimpi, menyentuh semua khayalan kalian, berlari ke ujung dunia untuk mimpi-mimpi kalian itu. Ingat! Tidak ada yang mustahil jika kita mau berusaha dan berharap pada Tuhan. Jangan hanya menjadi sang pemimpi, tapi jadilah sang pemimpin.

Matahari mulai menyembunyikan wajahnya, Pak Aip harus kembali mengayuh sepeda bututnya sepanjang  7 km menuju rumah. Di rumah beratapkan daun rumbia ini, tinggalah Pak Aip dan Mira – anaknya. Ibu Eni, istri Pak Aip telah meninggal sesaat setelah melahirkan Mira. Mira cantik dan pintar, namun sayangnya ia hanya tergulai lemah di tempat tidur, karena penyakit yang dideritanya – polio.

Pak Aip   : Selamat siang, nak. Ayah pulang.

Mira         : Siang ayah. Bagaimana keadaan ayah hari ini?

Pak Aip   : Baik sayang. Sudah bisa kita mulai belajarnya hari ini?

Mira         : Sudah yah. Saya Siap.

Pak Aip   : Nak, apa yang kamu ketahui dari Chairil Anwar?

Mira         : Chairil – dia penyair terkenal yang selalu menuangkan ide-ide cemerlangnya lewat syair yang indah. Walaupun dia berasal dari keluarga yang tercerai berai dan dibesarkan oleh seorang nenek.

Pak Aip   : Pintar nak. Benar, Chairil itu orang yang tidak mudah berputus asa, dia selalu ingin meraih mimpinya dan selalu mencoba jika ia gagal. Salah satu syairnya yang terkenal ialah “AKU”. AKU!!  Kalau sampai waktuku..ku mau tak seorang kan merayu..Tidak Juga kau. ……… Aku mau hidup seribu tahun lagi. Apa yang pesan moral syair ini, Mira?

Mira         : Ayah, menurut Mira, Aku disini adalah pejuang yang tak pernah menyerah sama seperti penulisnya – Chairil. Dan dia tidak mau membuat orang lain susah karena dirinya.

Pak Aip   : Benar nak, ayah bangga padamu. Walau tak seperti anak-anak normal lainnya, tapi semangat belajarmu selalu membara. Ayah sayang padamu.

Mira         : Mira juga sayang ayah.
Mira tidak pernah berkecil hati dengan keadaannya. Ayahnya selalu mendukungnya. Sepulang sekolah, ayahnya selalu mengulang materi yang beliau ajarkan di sekolah.

Malam harinya, saat mira dan ayahnya sedang makan malam dengan lauk seadanya. Nasi, ikan asin dan Sayur Asam, terjadi percakapan yang cukup serius .

Pak Aip   : Nak, apa cita-citamu kelak?

Mira         : Mira ingin menjadi seorang dokter ayah. Mira ingin menyembuhkan penyakit – penyakit yang diderita anak-anak kecil. Agar mereka tidak merasakan hal yang sama seperti  yang mira rasakan sekarang.

Pak Aip   : Sungguh mulia cita-citamu nak. Walau sakit, tapi kamu tak pernah putus asa.

Keesokan harinya….

Pak Aip   : Anak-anak, minggu depan kita sudah menghadapi UN. Bapak harap kalian belajar dengan tekun agar kelak kalian Lulus dan dapat merah cita-cita kalian. Bila nanti ……………………. Uhukkk.. uhukk..uhuk….

Liliz         : Pak, pak Aip. Bapak kenapa? (Berlari ke depan).

Pak Aip   : Bapak tidak apa-apa nak, hanya batuk biasa. Uhukk…uhuk…

Liliz         : Tapi………….

Pak Aip   : Sudah..tenanglah… mending kalian belajar untuk UN nanti.

Liliz         : Pakk……

Pak Aip kembali mengayuh sepeda bututnya menuju rumah. Terik matahari saat itu masih menyinari. Tak seperti biasanya. Hari ini, Pak Aip memutuskan untuk pulang lebih dulu ke rumahnya, karena kondisi kesehatannya yang tidak bisa dikompromi lagi.

Di tengah perjalanan, sepeda Pak Aip kehilangan kendali. Pak Aip panik dan sepedanya terjatuh.

Untunglah saat itu, salah seorang muridnya, Ati dan Aji melalui jalanan tersebut dan mendapati Pak Aip sedang terbaring di jalanan berbatu tanpa aspal

Ati           : Aji…lihat!! Sepertinya itu adalah Pak Aip.

Aji           : Haaa???!! Dimana??

Ati           : Itu (sambil menunjuk ke arah Pak Aip )

Aji           : Ia benar Ti, ayo segera kita tolong.

Di rumah Pak Aip…….

Mira         : Aji, ayah kenapa?

Aji           : Tenanglah Mira. Ayahmu tidak apa-apa. Beliau hanya capek dan kita mendapati beliau di jalanan menuju kesini.

Mira         : Terima kasih, Aji..

Malam harinya, para siswa SMA Xtra selalu datang belajar di rumahnya Pak Aip. Dan Pak Aip ikhlas mengajarkan mereka, walau tanpa bayaran.

Rachel, Ina, Liliz, Wawan, Ati :    S’lamat malam.

Pak Aip   : S’lamat malam generasi cerdas. Silahkan masuk, bapak sudah menunggu kalian.

Ati           : Terima kasih Pak. Bagaimana keadaan bapak sekarang? Sudah baikan?

Pak Aip   : Sudah nak, bapak sudah agak baikan. Terima kasih.

Ati           : Sama-sama Pak.

Pak aip    : Maaf, rumah bapak hanya sederhana.

Ina           : Tidak mengapa pak.

Pak Aip   : Mari kita mulai pelajarannya nak…

Liliz         : YA!! Mariiii,…………..

Pak Aip   : Generasi cerdas… nilai – nilai budaya yang terletak pada hikayat, berbeda dengan yang ada pada novel. Nilai budaya pada hikayat adalah nilai-nilai yang dianggap pra logis.

Rachel     : Jadi… seperti nilai atau kebudayaan yang tidak rasional pak? Seperti menyembah putri dewa, berbicara dengan hewan atau dengan kata lain mengerti bahasa hewan. Bukan begitu pak?

Pak Aip   : Benar sekali generasi cerdas. Kita lihat saja contoh Hikayat Ibnu Hasan. Menurut kalian apa nilai budayanya?

Mira         : Saya Pak…

Pak Aip   : Silahkan nak.

Mira         : Menurut saya, tidak mungkin seorang anak berumur 7 tahun dapat pergi merantau sendiri dari Bagdad menuju Mesir. Itu sangat tidak mungkin. Apalagi perjalanannya memerlukan waktu yang sangat lama.

Pak Aip   : Benar!! … nah sekarang coba kalian tentukan nilai-nilai religi, nilai moral dan nilai etika!

Suasana belajar malam itu begitu semangat. Pak Aip selalu tersenyum dan dengan ikhlas memberikan les tambahan bagi para siswa nya di malam hari. Namun siapa yang menyangka, dibalik untaian senyum dan tebaran keikhlasan, ternyata Pak Aip mengidap penyakit yang sewaktu-waktu dapat  merenggut nyawanya. Ya beliau mengidap kanker paru-paru. Selama ini, beliau tidak terlalu peduli dengan kondisi kesehatannya. Baginya, sakit yang dirasakannya hanya sakit biasa.

Pak Aip   : Nak, jika nanti ayah telah pergi. Kamu harus rajin belajar, jangan putus asa. Pergilah ke salah satu panti asuhan terdekat. Belajarlah disana, kelak kamu akan jadi orang yang sukses.

Mira         : Ayah, jangan berkata begitu. Mira sayang ayah. Mira tidak mau ayah pergi meninggalkan mira.

Hari pertama ujian nasional……………………

Pak Aip : “Anak-anak, hari ini hari pertama kalian menghadapi Ujian Nasional. Uhukk..uhukk… Bapak harap kalian tidak patah semangat dan selalu rajin belajar.

Siswa-siswa : Iya pak..

Liliz         : Doakan kami yah Pak.

Pak Aip   : Pasti nak…uhukk..uhuk….

Setelah hari itu, Pak Aip tidak ke sekolah lagi, penyakitnya tambah parah. Ia hanya terbaring lemah di kamarnya dan tak ada yang bisa merawatnya, karena Mira lumpuh.

Hari pengumuman kelulusan…..

Liliz         : Thank you God, saya berhasil.

Asep       : Ya. Saya juga. Terima kasih Tuhan

Aji           : Teman-teman kita berhasil. Ayo, kita kabarkan hal ini untuk Pak Aip.

Ati           : Yuk……

Liliz         : Iya, sekalian saja kita jenguk Pak Aip, sudah lama kita tak bertemu beliau.

Di rumah Pak Aip

Mira         : Ayah…ayo bertahan yah… Mira masih butuh Ayah…jangan pergi yah..

Pak Aip   : Nak, umur ayah sudah tidak lama lagi. Ayah hanya menunggu berita kelulusan siswa-siswa ayah. Setelah itu……….uhukk…uhukkk……….

Mira         : Ayah, jangan bilang begitu. Jangan yah… ayah pasti bisa bertahan

Pak Aip   : Sudah nak..ingat pesan bapak.. kamu harus bertahan, pergilah ke panti asuhan terdekat, tinggal disitu. Tapi jangan kamu merepotkan kalian. “

Mira         : Iya pak…Mira pasti mendengar nasehat ayah..

Liliz         : Selamat siang…………

Mira         : Selamat siang teman-teman.

Aji           : Boleh kami lihat keadaan Pak Aip?

Mira         : Boleh, silahkan saja

Ati           : Terima kasih

Rachel     : Selamat Siang, Pak..

Pak Aip   : Selamat siang nak…terima kasih kalian uhuk…uhuk…sudah mau datang menjenguk bapak. Uhukk…Bagaimana dengan hasil kelulusan kalian?

Wawan     : (memeluk Pak Aip) kita semua lulus pak..terima kasih untuk ilmu yang bapak beri.

Pak Aip   : Bapak senang melihatnya. Bapak harap uhukk..uhuk…generasi cerdas seperti kalian dapat uhukk..uhuk..berguna bagi nusa dan bangsa.

Aji           : Iya pak..bapak juga harus berjuang melawan penyakit bapak

Pak Aip   : (Dengan nafas terengah-engah) Nak, sudah waktunya bapak pergi. Tugas Bapak sudah selesai. Berjuanglah nak..

Mira         : Ayah…jangan berkata demikian. Jangan yah….

Pak Aip   : Sudah saatnya. Mira ingat pesan ayah… Liliz, Aji, Ati, Rachel, Asep, Wawan dan yang lainnya biarkan bapak melihat keberhasilan kalian dari atas sana.. Bapak sa….yang… ka…li…an…… se….mu…a..

Mira         : AYAH!!!……..

Liliz, Aji    : BAPAK!!……………

Setelah hari itu, semua keadaan di desa sangat sepi, terkhususnya aktivitas di lokasi SMA Xtra. Tak ada lagi kegiatan belajar mengajar. SMA Xtra telah digusur dan akan dibangun sebuah pabrik. Mira juga menjalani hari-harinya di panti asuhan “Sumber inspirasi” dan membantu mengajari anak panti lainnya belajar. Sedangkan Liliz, Aji, Wawan, Rachel, Ati dan siswa didikan Pak Aji lainnya telah berhasil meraih mimpi. Kini, mereka membuktikan bahwa mereka tidak hanya menjadi sang pemimpi, tapi menjadi sang pemimpin.

Semua karena perjuangan seorang guru, pahlawan tanpa tanda jasa. Pengabdian guru hingga akhir hidupnya. Benar, guruku – seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Sekian.

6 thoughts on “Naskah Drama

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s