Liburan Balik Modal: Pengalaman Pertama Buka Jastip Bangkok

Sejak awal perencanaan liburan ke Bangkok bersama temanku dari Surabaya, kami sudah memikirkan untuk membuka Jastip alias Jasa Titip. Beberapa teman yang mengetahui aku akan liburan ke Bangkok juga merekomendasikan aku untuk buka Jastip. 

“Buka jastip aja Nes. Untung banget. Pasti balik modal.” Lalu aku mulai tertarik dan membaca beberapa informasi dari internet terutama tentang aturan barang bawaan saat kembali ke Indonesia agar tidak kena biaya bea cukai.

Arti jastip

Usaha Jastip ini sekarang banyak dilakukan orang-orang yang berlibur ke luar kota maupun luar negeri, seperti Bangkok, Korea, Jepang dan Australia. Jastip adalah usaha untuk menawarkan / menjual suatu barang yang dibeli dari kota/negara lain. Dengan berkembangnya dunia internet, biasanya jastip dilakukan dengan melakukan penawaran di media sosial seperti Instagram, Whatsapp, Line, maupun Facebook. Barang yang ditawarkan pun beragam mulai dari makanan, produk kosmetik dan skin care, fashion, vitamin dan masih banyak lagi. Kebanyakan jastip dalam negeri menawarkan makanan khas daerah masing-masing, seperti Spikoe Resep Kuno dari Surabaya atau Bakpao dari Makassar. Harga yang ditawarkan lebih murah dibandingkan yang dijual di pasaran Indonesia. Si penjual jasa titip ini biasanya akan mark up harga sebagai biaya jastip beberapa persen ataupun flat price. Biaya jastip juga beragam tergantung ukuran barang, kemudahan mencari barang dan harga asli. Sebaiknya kamu juga harus menghitung biaya transportasi, biar tidak rugi.

Jastip semakin banyak digemari bukan hanya karena harganya yang murah, namun juga karena kualitas barang yang dibeli dijamin asli dari negara asalnya. Bagi si penjual Jasa Titip juga tidak memerlukan modal yang besar. Biasanya jika ada pesanan, mereka akan meminta DP (down payment) terlebih dahulu. Jika barang yang dititip tidak ada, maka DP akan dikembalikan 100%. Jastip mungkin akan menyenangkan bagi kamu yang suka shopping. Bagaimana? Semakin tertarik??

Chatuchak Market, Bangkok

Pengalaman Pertama Buka Jastip

Nah, di tulisan kali ini aku ingin berbagi bagaimana pengalaman pertama aku dan temanku membuka Jastip saat liburan ke Bangkok. 

Setelah melalui beberapa pertimbangan (yang paling utama adalah alokasi waktu), akhirnya kami sepakat untuk membuka jastip. Perjalanan kami ke Thailand diawali ke Phuket terlebih dahulu. Kami bertekad bahwa di Phuket kami akan liburan. Sedangkan ketika lanjut di Bangkok, kami akan shopping sekaligus jastip. 
Seminggu sebelum berangkat, kami sudah mulai promosi di Media Sosial. Kami mulai survey produk-produk apa saja yang dicari, lalu mulai promosi. Banyak yang sudah mulai menitipkan, mulai dari snack, dried fruit, skin care, make-up dan tumblr Starbucks spesial Bangkok. Wah, kami sudah bahagia melihat banyak pesanan yang masuk. Namun, karena ini pengalaman pertama, kami belum bisa mematok harga. Harga akan diberitahukan kemudian saat kami menemukan produknya. Jangan lupa untuk hitung rate harga ke rupiah. Biaya jastip harus dibedakan dengan biaya ongkir. Atau bagi calon pembeli yang dekat, kami akan bertemu dan memberi barangnya langsung. Alternatif lainnya, kami upload di akun toko shop*e kami yang sudah ada fitur “bebas ongkir”. Upload, kasih link ke pembeli, dan pembeli bisa membayar via aplikasi.

Hal yang Harus Disiapkan untuk Jastip

Sudah pasti yang harus kamu butuhkan untuk jastip yaitu: Data Internet. Jadi kamu bisa langsung deal dengan customer saat kamu berada di toko. Selain itu, kamu harus menyiapkan koper kosong atau setidaknya barang bawaan kamu dikurangi. Jangan lupa, saat menghitung biaya jastip, tambahkan biaya bagasi pesawat juga, apalagi kalau kamu naik budget airlines dan harus membeli bagasi terpisah. Saat itu, aku dan temanku memutuskan untuk mengambil 20kg bagasi. Semoga cukup ya.

Salah satu alasan kami membuka jastip adalah karena kamu berniat shopping selama di Bangkok. Kami berpikir, kami bisa shopping barang-barang pribadi sekaligus membeli barang titipan. “Lumayan, akan balik modal”, itu pikir kami.

Realita Jastip

Semua ekspektasi kami saat buka jasa ini runtuh di hari kedua kami berbelanja. Kami merasa ribet dan tidak bisa leluasa shopping barang belanjaan pribadi. Kami harus melihat baju-baju yang ingin kami beli, sambil survei harga barang yang ingin di jastip – update di medsos / kabari si pembeli dan menunggu responnya. Aku ingat sekali, saat itu kami ada di Pasar Chatuchak Bangkok. Pasar ini lumayan besar dan banyak sekali tenant. Kamu akan kesulitan kembali ke toko sebelumnya, belum lagi keramaiannya. 

Karena kami ingin untung yang lebih besar, kami harus pandai-pandai mencari toko dengan harga barang termurah dan juga pintar menawar. Sambil mencari toko yang lebih murah, kami harus buka HP, mengupdate dan konfirmasi harga dan barang ke calon pembeli. Kadang ada pembeli yang tidak selalu siap membalas chat dengan cepat. Waktu terbatas, akhirnya kami harus lanjut lagi ke toko lain. Tak lama kemudian, si pembeli membalas konfirmasi pesanan. Akhirnya kami harus balik dan mencari lagi toko dengan harga yang lebih murah tersebut.

Waktu kami jadi tidak leluasa. Kami menjadi tidak menikmati pengalaman bahagia shopping di negara gajah putih tersebut. Hal yang sama juga terjadi saat kami di Pratunam Market Bangkok. Setelah seharian berbelanja, kami harus kembali ke hotel dengan membawa berbagai barang belanjaan yang berat dan banyak itu menggunakan transportasi umum. Sebenarnya bisa sih naik taksi / grab, tapi kami ingin  berhemat. Toh, dari stasiun BTS ke Hotel tidak terlalu jauh.

Barang Bawaan yang berisi barang belanjaan dan jastip. Perjalanan balik ke Hotel menggunakan BTS.

Setibanya di hotel dan dalam keadaan yang sudah lelah, kami harus list lagi apa saja yang belum terbeli atau terlewatkan, sambil menyicil packing.

Di hari terakhir kami di Bangkok, kami bertekad untuk memakai hari itu sebagai hari untuk “memanjakan diri”. Kami tidak mencari produk-produk jastip di hari tersebut, justru kami mulai mencari semua daftar belanjaan yang ingin kami belanja untuk diri sendiri. 

Singkat cerita, kami kembali ke Indonesia. Aku tiba di Jakarta dan temanku kembali ke rumahnya di Surabaya. Perasaan kami bahagia karena bisa kembali lagi ke Indonesia. Tapi, belum berakhir sampai disitu, kami harus packing dan mengirimkan barang-barang jastip Bangkok kemarin. 
Setelah sebuah perjalanan panjang, akhirnya aku mulai menghitung keuntungan yang kudapatkan dari 3-hari-berkeliling-bangkok-untuk-jastip. Hampir Rp. 2.000.000!!! WOW!! Harga tiket Jakarta – Phuket – Bangkok – Jakarta!! BALIK MODAL!!! Setidaknya harga tiket liburanku kembali!

Kapok Jastip?

Kalau ditanya kapok jastip, aku masih belum tahu. Apakah mungkin keribetan yang aku alami selama jastip Bangkok hanya karena itu pengalaman pertama? Namun, jika liburan ke luar negeri lagi, mungkin aku akan tetap membuka jastip. Kali ini lebih profesional dan pengalaman. Mungkin barang-barang yang ditawarkan akan terbatas dan tidak banyak permintaan yang custom.

Overall, bagiku semua pengalaman harus ada yang namanya pengalaman pertama. Aku senang bisa menghabiskan waktu bersama temanku di Phuket untuk liburan dan juga shopping dan jastip maraton selama di Bangkok. 

Semoga pandemi ini cepat selesai, dan kita bisa kembali menjelajah berbagai daerah dan negara lain.

Kamu pernah buka jastip? Bagaimana pengalamanmu?

5 thoughts on “Liburan Balik Modal: Pengalaman Pertama Buka Jastip Bangkok

  1. Pingback: Serba Serbi Jastip yang Harus Kamu Ketahui | nestiituagnes' story!

  2. Pingback: Mau Solo Traveling ke Thailand? Pakai Aplikasi Ini! - Vantage Indonesia

  3. Halo ka
    Terima kasih sudah share pengalaman jastip BKK, bermanfaat infonya.
    Oiya untuk barang2 jastip tsb apakah tidak kena bea cukai ka saat tiba di bandara Indonesia?
    Dan apakah ada pengalaman mengirimkan barang jastip via kargo dari Thailand?
    Semoga bisa direspon untuk referensi aku memulai jastip.
    Thank you

Leave a reply to Rina Cancel reply