Bernuansa Tamil, Inilah Gereja Katolik Maria Annai Velangkanni di Medan

Setelah 5 hari perjalanan dinas, sabtu siang ini aku bersama rekan kerjaku berkunjung mengelilingi Kota Medan. Tujuan pertama kami yaitu Gereja Katolik Maria Annai Velangkanni (Maria Bunda Penyembuh) yang terletak di Jalan Sakura III Nomor 7-10, Perumahan Taman Sakura Indah, Tanjung Selamat, Medan.

Ketika mobil tiba di parkiran, aku terkejut melihat eksterior bangunan ini. “Ini gereja?”, tanyaku pada Uncle yang membawa kami berkeliling. “Ya, benar. Ini gereja. Kamu akan semakin terkejut melihat isi dalamnya.” Aku segera turun dari mobil, mengambil tripod dan ransel dan kemudian mulai berkeliling.

“Wow”. Aku masih terpanah melihat bangunan ini. Gereja dengan bangunan bernuansa Hindu. Di saat kami berkunjung, ada pekerjaan renovasi. Namun, itu tidak memudarkan keindahannya.

“Ini gereja bagi umat Katolik keturunan Tamil di Medan. Namun, terbuka bagi semua orang.”, kata Uncle sambil menemaniku berkeliling.

Di bagian depan bangunan utama, terdapat sebuah taman yang diisi dengan patung Yesus yang sedang bercakap dengan perempuan Samaria dan tulisan “Akulah Air Hidup”. Sedangkan untuk menuju ke Chapel Utama, terdapat 2 tangga besar di kiri kanan yang berbentuk hampir lingkaran, menggambarkan tangan Bunda Maria yang selalu terbuka untuk menyambut siapa pun.

Di depan pintu masuk Chapel Utama, terdapat Patung St. Paulus di sebelah kanan dan St. Fransiskus Xaverius di sebelah Kiri. Aku segera masuk ke Chapel utama. Interior chapel sangat khas sekali. Ruangan ini didominasi warna putih, deretan kursi kayu coklat, patung-patung Santo dan ornamen-ornamen Katolik yang ada di dinding bahkan langit-langit ruangan. Terdapat juga tulisan ayat di tembok. Ayat-ayat ini ditulis dalam Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Bahasa Tamil dan juga Bahasa Mandarin. Di bagian depan terdapat patung Bunda Maria dan Yesus. Di sana, terdapat beberapa pengunjung yang sedang berdoa dengan khusyuk.

Setelah berdiam sejenak dan berdoa di Chapel utama, aku melanjutkan perjalanan mengelilingi bangunan ini. Namun, karena ada renovasi, ada beberapa bagian yang tidak bisa di kunjungi. Seperti di Chapel Utama, hampir sebagian besar tulisan di sini disajikan dalam Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Bahasa Tamil. Beberapa juga tersedia dalam Bahasa Mandarin. Hal ini sangat menggambarkan kekhasan gereja ini dan juga Bunda Maria, yaitu terbuka untuk semua orang, tanpa melihat latar belakang suku.

Ayat Alkitab yang ditulis dalam 4 Bahasa

Di sekitar bangunan utama, terdapat beberapa bangunan lainnya, yang berfungsi sebagai Chapel dan juga toko yang menjual kalung Rosario, Patung Bunda Maria, Alkitab, dan pernak-pernik lainnya. Daftar Itinerary perjalanan kami hari itu masih panjang. Sehingga kami tidak bisa berlama-lama di sini. Ketika sedang berjalan menuju ke parkiran. Mataku terpaku melihat sebuah gapura mini, dengan tulisan “Taman Mini Tanah Suci”.

Karena penasaran aku masuk ke dalamnya. Ternyata isinya adalah sebuah taman yang menggambarkan Kota Betlehem dan kisah kelahiran Yesus. Disampingnya, terdapat sebuah patung Yesus dan 5 orang anak kecil. Sebuah ilustrasi yang sangat sering ditemukan yang menggambarkan ayat Alkitab “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.”

Sekilas memang terlihat seperti patung-patung yang umumnya ditemui. Namun, yang ini unik. Mengapa? Aku terpanah melihat penggambaran ciri-ciri fisik 5 anak di patung tersebut. Ada anak laki-laki dengan warna kulit gelap dan rambut keriting di sebelah kiri. Di sampingnya, seorang anak laki-laki memegang bola, dengan mata yang lebih sipit dan warna kulit yang lebih terang. Di paling kanan, terdapat seorang anak perempuan, dengan menggunakan baju khas India berwarna ungu dengan menggunakan hiasan kepala khas India.

“Wow”. Sebuah penggambaran yang sangat indah, bahwa Tuhan Yesus datang bukan hanya untuk suku tertentu saja. Tidak ada alasan bagi kita untuk bersikap rasis. Karena kematian Yesus di kayu Salib adalah untuk semua suku bangsa. Tanpa sadar aku menitikkan air mata. Berkaca dari Indonesia yang penuh dengan banyak suku dan ras, aku merasa bangga hidup di negara ini. Aku menjadi mengerti bagaimana rasanya hidup di lingkungan yang heterogen dan harus saling menolong. Sebagaimana Yesus datang untuk semua suku, aku juga harus bersikap terbuka dan tidak membanding-bandingkan. Seperti semboyan “Bhineka Tunggal Ika”, Indonesia akan menjadi contoh bagaimana sebuah perbedaan dapat hidup bersama-sama.

“Nes, yuk. Masih banyak tempat yang harus dikunjungi lagi.” temanku memanggilku untuk segera naik ke mobil dan melanjutkan perjalanan. Aku berjalan cepat ke arah parkiran.

Berkunjung ke tempat ini adalah salah satu yang sangat ku syukuri dalam perjalanan satu minggu di Medan. Oh ya, untuk ke tempat ini, kamu tidak dipungut biaya. Namun, perlu kamu ingat untuk selalu menjaga norma-norma kesopanan, karena bagaimanapun juga ini adalah rumah ibadah yang tentunya harus kamu hormati.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s