
Photo by James Harris on Unsplash
25 April 2017
Masih teringat dengan jelas, kaki dan tanganku yang lemas saat mendengar suara tangisan di ujung telepon. Saat itu aku sedang mengikuti weekly meeting di kantor. Suara tangisan itu menandakan berita dukacita yang datang dari rumah di Ambon. Segera sesudah itu, aku membeli tiket, dan menyelesaikan pekerjaanku tergesa-gesa dan kembali ke kos. Aku mengambil semua baju warna gelap, dan memasukannya di tas ranselku dan kemudian buru-buru ke Bandara. Sesampainya di sana aku menunggu sepupuku yang akan berangkat pulang bersama denganku.
Malam itu, sangat sunyi. Keramaian bandara tidak berhasil mengusik hatiku yang sedang bersedih. Aku menumpangi pesawat direct 3 jam 30 menit ke Ambon. Kami berangkat jam 12 malam dan akan tiba di Ambon jam 6 pagi (waktu di Ambon 2 jam lebih cepat dari Jakarta).
Pagi itu, suasana rumah begitu sunyi. Kami cepat-cepat masuk ke dalam dan bertemu dengan papi. Wajahnya ganteng dan aku percaya, papi sudah berada di Surga, tenang di sana, tanpa ada kesakitan lagi.
Seharusnya hari itu, menjadi hari sukacita karena kami berkumpul bersama dengan keluarga. Tapi, tidak. Hari itu, suasana rumah begitu haru, ada bagian yang kurang.
* * *
Setahun berlalu…
Yang tersisa hanyalah kenangan manis. Kami percaya, suatu saat nanti kami akan bertemu di Surga kelak.
Setahun yang dijalani tidaklah mudah. Akhir tahun kemarin, menjadi perayaan natal dan tahun baru pertama kami tanpa papi. Tentu, ada yang kurang. Kursi yang selalu papi duduki, kini kosong. Siapa saja boleh duduk disana. Kenangan – kenangan itu terukir jelas.
Ya.. hidup. Tak ada yang bisa menebak apa yang akan terjadi di detik berikutnya. Kepergian papi mengajarkan kami untuk bersatu kembali. Mengajarkan kami tentang arti sebuah persaudaraan. Dan yang terpenting, bagaimana kita mengisi kehidupan kita selama kita masih hidup.
Tak ada harga yang paling berharga untuk kita wariskan pada anak cucu. Teladan dan legacy iman-lah yang menjadi warisan paling berharga.
Papi, kami tahu, papi sekarang sedang tersenyum manis di Surga sana. Tak ada lagi kesakitan dan engkau sudah sangat bahagia di sana.
Sampai bertemu nanti, papi 🙂
Baca cerita terkait: Sebuah Kisah tentang Kehilangan