Bagiku tempat ini adalah tempat yang indah dan sangat berkesan dalam perjalananku ke Bali kali ini. Spot paling instagram-able ini menjadi sangat memorable untukku.
Jika menyebut kata Bali, hal apa yang paling pertama muncul di pikiranmu? Pantai! Ya, benar! Bali mempunyai ratusan pantai-pantai yang indah. Keindahan ini membuat para turis baik lokal maupun mancanegara selalu berdatangan! Bali bahkan dinobatkan sebagai salah satu destinasi terbaik dari 25 tujuan wisata di dunia oleh TripAdvisor sebagai The World’s Best Destination with Travelers Choice 2017.
Tidak mengherankan Bali selalu mempunyai cerita-cerita indah di balik setiap keindahan alamnya. Budaya yang tetap melekat pada kehidupan di Bali juga menjadi salah satu daya tarik tersendiri.
Perjalananku ke Bali pada Januari 2018 kemarin meninggalkan pengalaman yang begitu luar biasa. Aku bukan saja mengunjungi destinasi wisata yang sudah terkenal, seperti Kuta, Sanur, Tanah Lot. Tapi perjalanan kali ini membawaku menjelajahi pantai-pantai di daerah Bali Selatan. Pantai-pantai ini adalah rekomendasi temanku yang sudah menjelajahinya terlebih dahulu.
Pagi itu, aku menyewa mobil rental. Harga sewa mobil Rp. 300.000 / 10 jam, sudah termasuk supir, namun belum termasuk bensin. Perjalanan dimulai dengan mengunjungi Tanah Lot dan kemudian dilanjutkan ke pantai-pantai di Kuta Selatan. Dimulai dari Pantai/Tebing Nyang-nyang, Karang Boma Cliff, Pantai Melasti dan terakhir Pantai Pandawa. Kemudian dalam perjalanan kembali ke Denpasar, saya menuju Tanjung Benoa terlebih dahulu.
Di tulisan kali ini saya ingin membagikan cerita saya mengenai perjalananan menemukan Karang Boma Cliff. Saya mengetahui tempat ini dari seorang teman saya yang sebelumnya sudah pernah berkunjung ke sini dan mengunggahnya di sosial media. Yuk simak…
- Untuk mencapai tempat ini, kamu bisa menggunakan google map terlebih dahulu. Cari “Karang Boma Cliff” atau “Pura Pucak Karang Boma” (Pucak, Bukan Puncak). Lokasinya searah jalan menuju Pura Uluwatu. Setelah melewati jalan masuk pantai nyang-nyang, ada jalan masuk kedua setelah itu. Tidak ada papan nama disana. Kalian masuk terus mengikuti jalanan sampai mentok dan menemukan pertigaan. Arah kiri terdapat palang bambu, dan arah kanan jalanan sudah tidak beraspal.Saat aku menuju ke tempat ini, aku sempat kesasar beberapa kali. Aku mengambil jalur kiri dan menemukan sebuah pura dan sepertinya sudah tidak digunakan lagi. Aku berputar-putar disitu, dan tidak ada satu pun orang lain yang kutemukan. Tentu saja, saya hari itu sangat takut. Apalagi saya hanya berdua dengan seorang supir. Sinyal HP saya pun sudah susah. Dalam hati aku berpikir “duh kalau diapa-apakan gimana ya?”. Haha. Pikiran yang naif sekali. Hari itu, aku berlagak berani dan tetap menyemangati dan meyakinkan bapak supir kalau tempat ini exsist. Saya sudah hampir menyerah setelah beberapa kali berputar-putar dan tidak sepertinya tidak ada hasil. Namun, bapak supir ini gigih banget membantuku mencari tempat ini. Puji Tuhan, ternyata orang – orang di Bali sangat baik dan ramah. Mereka percaya bahwa jika mereka berbuat jahat ke orang lain, mereka atau keturunannya pun akan merasakannya. Akhirnya setelah membaca kembali arah jalan yang diberikan oleh temanku sebelum aku ke sini, aku pun menemukan portal bambu tersebut.
Jalanan menuju portal bambu. Masih bisa dilalui mobil
- Aku menyarankan kalian untuk menggunakan kendaraan roda 2. Karena untuk mencapai ke tempat ini, akses jalan mobil di tutup.Ya, walaupun tempat ini sepi sekali, namun ada portal bambu yang menghalangi kendaraan roda 4 masuk. Akhirnya, mobil yang saya sewa itu parkir di portal bambu, dan saya harus berjalan kaki kurang lebih 15-20 menit hingga menemukan sebuah bangunan tua.
portal bambu.
Jalanan menuju bangunan tua.
- Dari portal bambu itu, jalan terus sepanjang jalanan aspal. Di ujung jalanan beraspal, kamu akan menemukan sebuah gerbang besi dengan sebuah bangunan tua dan gede disana. Di pinggir bangunan tersebut ada jalan kecil di sebelah kanan. Nah, jalannya melalui pinggir bangunan tersebut, melewati rumput-rumput daaan hutan “yang menyeramkan” 😀Di sepanjang perjalanan banyak sapi. Hal itu membuat saya yakin kalau masih ada orang kok di sini. Haha, Lucu. Ini perjalanan pertama saya sendiri dan sungguh menyeramkan. Tibalah saya di depan bangunan tua. Saya merasa diri saya sedang berada di dalam film Horor “Mencari harta terhilang di sebuah rumah tua”. Pikiran saya mulai ngaco. Jalanan yang becek bekas hujan tadi pagi membuat saya hampir menyerah. Saya pun harus melompati pagar pembatas dari ranting pohon. Saat itu, saya membawa tripod dan itu saya gunakan sebagai tongkat agar saya tidak jatuh. Setelah berjalan kurang lebih 5 menit, akhirnya saya menemukan sebuah lapangan luas.
Medan perjalanan menuju Karang Boma
- Di ujung jalanan itu, kamu akan menemukan sebuah lapangan gede, dan tibalah kamu di tempat tujuan.
Lapangan ijo tepat di samping Karang Boma
Yang perlu diingat saat kamu menuju tempat ini ialah, berhati-hatilah jika cuaca sedang hujan. Karena melewati kawasan “hutan”, jalanan sangat licin dan besar kemungkinan untuk kepeleset 😀
Sesampainya di tempat ini, aku coba bisa TAKJUB melihat semua keindahan ini. Sayang sekali, hari ini cuaca nya sedang hujan. Sehingga langit tidak cerah dan malah berawan. Tapi semua itu tidak dapat menutup kekagumanku pada tempat ini. Dan bagi kamu yang pengen eksis di tempat-tempat kekinian yang T.O.P banget, disinilah tempatnya. Kamu bisa mengambil foto dengan spot-spot foto yang sangat mempesona.
Sayangnya, perjalanan kali ini saya lalui sendirian. Bermodalkan kamera HP Samsung J7 Prime dan sebuah tripod yang tidak terlalu tinggi, saya harus menyadari bahwa spot paling instagram-able ini tidak bisa kumanfaatkan untuk menghiasi feed instagram profile-ku.
Kadang ada rasa sedih karena aku tidak dapat mengambil foto yang proper di tempat ini. Mungkin, perjalanan kali ini hanya bisa dinikmati dengan mata dan hanya disimpan sebagai sebuah kenangan untuk diceritakan ke anak cucu nanti.
Aku tetap berusaha mengambil foto walaupun dengan rasa takut. Sesekali aku gemetaran. Tebing ini begitu tinggi dan aku takut ketinggian. Tak ada pagar pembatas dan tanah yang licin. Bagaimana kalau aku jatuh? Pikiranku mulai ngaco lagi.

tanpa pagar pembatas
Untuk yang berpergian bersama teman, kamu bisa mengambil foto dari spot ini. Untuk berjalan ke tempat ini, kamu perlu masuk melewati rumput-rumput yang begitu tinggi dan harus merunduk. Karena aku takut, aku memutuskan untuk kembali di tengah perjalanan menuju spot ini. Haha…

Tebing yang bisa dijadikan tempat foto ataupun mengambil foto

Jalan masuk menuju spot tebing yang berada di dekat lapangan ijo
Tempat ini sangat indah. Air lautnya pun masih biru, bahkan ketika sehabis hujan. Dan, tempat ini masih belum dikunjungi banyak orang, sehingga masih sangat bersih. Karena bepergian sendiri, spot paling instagram-able ini menjadi tempat yang non-instagram-able bagiku. Tapi aku tidak menjadi kecewa, karena semua perjuanganku mencari tempat ini terbayar lunas dengan keindahannya.