“Wah jenis puasa baru ya..”
“Alay banget sih pakai puasa IG”
Aku adalah salah satu dari sekian juta orang yang menggunakan instagram. Dan, aku termasuk salah satu yang aktif. Sejak 2 tahun terakhir, instagram mengeluarkan fitur instastory, dan itu membuatku semakin aktif berkelana menusuri news feed instagram.
Setiap hari, tidak pernah tidak, aku selalu membuka aplikasi instagram di HP-ku. Terkadang aku membukanya dari PC. Pagi hari disaat bangun tidur, saat perjalanan ke kantor, saat staff meeting tiap senin pagi di kantor, saat Persekutuan Doa, sesaat sebelum doa kelompok di pagi hari, disela-sela jam kerja, saat mau ke toilet di kantor, saat makan siang, saat jam-jam kritis di kantor, saat perjalanan pulang, saat tiba di kos, saat makan, saat di tempat tidur, bahkan sesaat sebelum aku tidur. Kadang, aku tertidur disaat layar HP-ku masih berada di linimasa instagram.
Apa yang aku lihat?
Akun instagramku mengikuti kurang dari 1000 orang. Saat ini hanya ada 893 orang yang aku ikuti. Tapi tiap jam, isi instagram post dan instagram story yang ada di news feed selalu baru. Kadang, aku mencoba membuka tab explore dan melihat setiap foto dan video yang ada disana. Kadang, aku membuka khusus akun-akun tertentu dan melihat setiap post-nya satu per satu. Apa yang aku dapat dengan melakukan hal seperti itu? Tidak ada.
Baik, terlalu jahat jika aku berkata “tidak ada”. Tentu ada hal-hal baik yang aku dapatkan, ada banyak pula informasi-informasi yang berguna. Tapi itu hanya sebagian kecil dari apa yang kulakukan di instagram.
Aku bisa tahu informasi terkini dari teman-temanku yang sering meng-update instastory mereka. Aku juga bisa tahu kegiatan apa yang mereka lakukan disaat liburan. Semua itu terus berulang seperti sebuah lingkaran.
Sosial Media seperti sebuah tembok transparan. Sangat terbuka! Semua orang tak lagi malu mengumbar kehidupannya disana.
Apa yang salah dengan Instagram?
Singkat, tidak ada yang salah dengan instagram. Yang salah ialah aku, si pengguna. Membuka instagram setiap hari membuat waktuku tersita sangat banyak. Aku mengabaikan waktu-waktuku bersama teman disaat sedang berkumpul bersama. Aku juga bisa mager seharian hanya untuk berkelana dengan instagram. Bahkan, aku bisa melupakan waktu-waktu pribadiku dengan Tuhan, hanya karena aku asyik bermain instagram. Tak jarang aku pun menjadi iri hati dan memiliki kecenderungan yang besar untuk bergosip.
“Wah si A pergi ke sini nih. Gila, enak banget hidupnya.”
“Duh, liat deh si B, kerjaannya makan di restoran mewah mulu. Kaya banget ya dia”.
Dan masih banyak lagi komentar-komentar yang muncul di benakku, kugumamkan bahkan ku ceritakan ke teman-temanku. Ya, aku sedang iri hati dan sedang bergosip.
Jujur kuakui, instagram juga terkadang membawaku ke konten-konten negatif dengan balutan “kelakuan kids jaman now”. Eksistensi diri pun turut mengambil bagian di balik layar para pengguna instagram, termasuk aku. Tanpa kusadari, ku ingin menunjukan eksistensiku pada banyak orang dengan update sana sini di media sosial, khususnya Instagram.
Ketika aku memutuskan untuk berpuasa Instagram
Beberapa kali, aku sudah mencoba menghapus aplikasi instagram dan handphoneku. Namun selang beberapa jam kemudian, aku kembali meng-installnya. Pekerjaanku di kantor sangat berhubungan dengan Instagram dan tren terkini anak muda. Aku akan sulit mencari tahu apa yang lagi tren di instagram dan di kalangan anak muda, jika aku sendiri tidak menggunakan instagram. Suatu saat, di hari minggu malam, aku hendak ingin tidur. Hari itu sangat melelahkan karena ada kegiatan selama weekend. Tiba-tiba terlintas “Aku ingin puasa instagram”. Tapi berapa lama ya? “Sepertinya 2 minggu ide yang bagus”.
Tanpa pikir panjang, aku log out semua akun instagram pribadiku. Aku punya 3 akun instagram dengan fungsi yang berbeda-beda. Setelah log out, aku hanya berharap ini dapat berjalan dengan baik hingga 2 minggu kedepan.
Mungkin bagi orang lain, ini terlihat aneh. Beberapa temanku bahkan terkejut ketika aku bilang aku puasa instagram.
“Apa?? Gak mungkin. Seorang Agnes, ratu sosmed gak mungkin bisa”.
“Alay banget sih puasa instagram”
“Itu jenis puasa baru ya? Baru pernah kudengar”
Hari Senin pun tiba. Pagi-pagi saat nyawaku belum sepenuhnya utuh. Aku mengambil handphoneku, dan membuka aplikasi instagram. “Kok aneh ya, foto siapa ini? Sepertinya aku gak follow orang ini”, tanyaku dalam ngantuk. Dan kemudian aku tersadar itu adalah instagram milik kantor. Aku adalah salah satu adminnya. Aku teringat bahwa semalam aku baru saja membuat komitmen untuk berpuasa instagram. Hariku berjalan seperti biasa. Mandi, masak, pergi ke kantor, staff meeting, bekerja, dan pulang. Tapi hari ini, aku merasa ada yang berbeda. Jempolku tidak sedang melakukan scroll-up di instagram. Selain berpuasa instagram, aku juga mematikan notification untuk aplikasi Whatsapp.
Beberapa kali kujumpai diriku tenggelam dalam dilema, “Haruskah kubuka Instagram. Hanya 5 menit saja”. Keinginan itu bermunculan terus di kala aku sedang bosan. “Ah, aku harus bertahan!”, tekadku bulat.
Puasa instagram memberi banyak pelajaran
Sudah seminggu terlewati. Aku berhasil berpuasa instagram. Jujur, aku sempat beberapa kali log in untuk keperluan pekerjaan, dan capture chat di direct message. Tapi itu hanya sebentar, bagiku, aku sedang tidak melanggar komitmenku sendiri. Berpuasa instagram memberiku banyak pelajaran positif. Aku menjadi lebih punya banyak waktu untuk baca buku dan membaca Firman Tuhan. Aku punya banyak alasan untuk lebih bersyukur dengan apa yang aku punya hari ini. Aku mendapati diriku terhindar dari dosa iri hati dan gosip. Tapi disaat yang sama juga, aku agak kesulitan untuk melakukan pekerjaanku di kantor. Apalagi, ini adalah akhir bulan, dan aku harus membuat social media monthly planning. Oleh karena itu, pada hari Rabu kemarin, aku memutuskan untuk berhenti berpuasa instagram. TAPI, aku tetap akan mengurangi waktuku untuk bermain instagram.
Memang, belum genap 2 minggu, aku sudah menyerah di pertandingan ini. Tapi seminggu lebih telah memberiku banyak pelajaran berharga.
Untuk teman-teman yang saat ini sedang kecanduan sosial media. Mungkin cara ini dapat menolong kalian. Berhentilah sejenak, berpuasalah sebentar. Itu akan sangat menolongmu.
Pingback: Quarter-Life Crisis, Are You? | nestiituagnes' story!