Hingga tiba kesudahannya

Berawal ketika kami menyadari bahwa anugerah kehidupan bukan cuma untuk menghidupi diri sendiri, tetapi menjadi berkat bagi orang lain.

Berada di kota Jakarta dan semua hiruk pikuknya, membuat kita melupakan sejenak mengenai orang lain. Bagaimana tidak? Untuk mengurusi diri sendiri, di tengah kemacetan pergi kerja dan ditengah waktu yang berjalan begitu cepat saja sudah menyita banyak waktu. Dimanakah waktu yang tersisa untuk memikirkan orang lain?

Berjalan di mall dan melihat semua kemewahannya. Duduk ‘ngadem‘ di dalam mobil sambil asyik bermain gadget dan mengabaikan anak kecil yang meminta dipinggir jendela. Atau berjalan dengan langkah cepat menuju halte busway untuk mengejar busway yang segera datang. Semuanya begitu cepat berlalu.
Hingga….
kita mengabaikan mereka….

***

Kehidupan yang diubahkan Tuhan membuat mata kami memandang dunia berbeda. Kami tidak lagi berfokus pada kemewahan dan kepadatan kota ini, tapi kepada mereka yang terhilang.

Ungkapan syukur kepada Tuhan karena telah menyelamatkan kami, menjadi landasan kami melakukan sebuah kegiatan Sosial. Bukan untuk dilihat orang, tetapi ini karena rasa cinta kami kepada Kristus yang mati dan bangkit untuk menebus dosa-dosa kami. Kesadaran bahwa kami harus membagikan kasih Kristus kepada orang lain membuat proyek ini berjalan. Bukan atas nama lembaga, bukan pula gereja, tetapi atas nama pribadi-pribadi yang menyayangi Kristus.

Kami berkumpul dan merencanakan. Kami berjalan dengan iman. Tidak ada dana yang besar sebagai modal awal kami. Tapi kami percaya, Tuhan yang punya pelayanan ini dan Dia akan mencukupkannya. Doa menjadi landasan kami bergerak. Doa menjadi nafas pelayanan ini. Keluar dari zona nyaman. Bukan menyibukan diri, tetapi kami memberi waktu dan daya yang bisa kami berikan untuk pelayanan ini. Orang lain memandang kami sebelah mata, namun ada pula yang mendukung pelayanan ini melalui Doa. Dana yang dibutuhkan terbilang cukup banyak. Tapi Tuhan mencukupkan itu semua melalui rekan-rekan yang mendukung kami.
Hingga…..
hari yang dinanti-nantikan pun tiba.

***

Pagi itu kami berangkat menuju tempat kegiatan. Kami berencana untuk mengadakan panggung boneka dan berbagai lomba di lapangan terbuka. Namun, semuanya berubah. Kami shock ketika dibilang tidak boleh lagi melaksanakan kegiatan di lapangan. Semuanya pun dialihkan ke sebuah ruangan Perpustakaan kecil. Bagaimana ruangan sekecil ini dapat menampung lebih dari 60 anak?

Kami cemas dan merasa gelisah. Tapi hanya ini satu-satunya pilihan yang tersisa.

IMG_0848Acara dimulai. Ruang Perpustakaan itu sangat padat. Anak-anak yang datang hanya ¾ dari total anak yang ada. Teman kami memimpin pujian, dan semuanya bernyanyi. Walau ada 1-2 anak yang cuek dan tidak mau bernyanyi. Panggung boneka pun dimulai. Semua anak memperhatikan dengan serius. Ini diluar dari perkiraan kami. Ruangan yang sempit itu, Tuhan memakainya menjadi lebih kondusif. Kami mengira, memakai lapangan adalah satu-satunya jalan terbaik, tapi Tuhan berkata lain. Dia mengetahui lebih daripada apa yang kami butuhkan. Dia mengetahui yang terbaik, bahkan yang LEBIH BAIK dari apa yang kami anggap baik.

Selesai acara panggung boneka,IMG_0849 anak – anak mengikuti serangkaian lomba-lomba. Diantaranya: menggambar, mewarnai dan membuat puisi. Mereka antusias mengikuti semua kegiatan tersebut. Tak lupa, senyum dan tawa kembali menghiasi wajah mereka, ketika kami membagikan souvenir berupa tas sekolah. Kami semua senang dan lega melihat keceriaan di wajah anak-anak itu.
Hingga…
matahari semakin meninggi, tandanya kami harus kembali.

***

Kelelahan nampak di wajah kami, namun hati kami melimpah syukur. Jiwa kami dipulihkan melihat sebuah pelajaran hidup yang berarti. Betapa kita harus bersyukur untuk apa yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita. Selama ini, kita selalu memandang ke atas dan bersungut – sungut. Kita berteriak dengan lantang “Dimanakah Tuhan yang memeliharaku? Mengapa dibiarkan aku hidup dalam kesusahan?”. Hingga kita melupakan bahwa adanya kita hingga saat ini dengan hidup yang berkecukupan, itu semua bagian dari pemeliharaan Tuhan. Dalam Doa, kita melupakan kalimat “Terima Kasih Tuhan” dan lebih sering bertanya “Mengapa Tuhan?”.
Tidakkah kita memandang ke bawah, dan bersyukur untuk hidup ini?
Mereka (anak – anak itu) berlari dan bersuka setiap hari. Walau mereka tahu, bahwa di hari besok, mungkin mereka masih tetap ada di rumah sederhana ini. Mereka belajar dan tidak menjadi lelah. Mereka bermain dan tidak khawatir akan hari esok.

Matius 6:25-34
(25) “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? (26) Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? (27) Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? (28) Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, (29) namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. (30) Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? (31) Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? (32) Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. (33) Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.(34) Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”

***

IMG_9934Apa yang kami lakukan sangat kecil. Namun kami berharap, suatu saat ini dapat menjadi dampak yang sangat besar untuk mereka. Bukan hanya tentang kami berbagi dengan mereka. Tetapi juga tentang bagaimana mereka berbagi pelajaran hidup kepada kami.

Kiranya Bright Project 12-12 ini menjadi berkat bagi banyak orang. Teruslah berbagi berkat untuk banyak orang…
hingga…
tiba kesudahannya.

“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.”1 Tesalonika 5:18

Jakarta, 15 Desember 2015

Baca cerita sebelumnya: Cahaya dari Bawah Jalanan

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s