Ini bukan sekadar perjalanan mengisi waktu libur, tapi ini tentang sebuah cerita. Cerita tentang harapan dari tanah Borneo. Harapan akan kehidupan yang lebih baik, harapan akan masa depan yang lebih cerah.
2 Juli 2015, hari dimana aku menginjakan kaki pertama kali di tanah Kalimantan. Perjalanan ini ku lalui bersama 8 orang teman – teman lainnya. Kami datang dari Surabaya menuju sebuah Kabupaten yang terletak di bagian barat Kalimantan, Sambas.
Wah, inilah pulau yang orang bilang sebagai paru – paru dunia, Pulau Kalimantan. Ku berdecak kagum dari ketinggian pesawat, di antara ribuan awan. Dari kejauhan langit, terlihat pulau ini begitu indah, penuh dengan warna hijau hutannya yang lebat. Rasa kagum pada Sang Pencipta tak akan pernah habis – habisnya.
6 jam perjalanan kami tempuh dari Surabaya. Sebelumnya kami harus transit di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Lamanya perjalanan terbayarkan dengan keindahan alam tanah ini. Setelah itu, kami harus menempuh perjalanan 6 jam lagi lewat darat untuk tiba di sebuah Desa bernama Desa Tebas.

sunset dari desa Tebas
Berada di dalam sebuah perjalanan yang panjang, membuatku bertanya – Tanya, untuk apa kami melakukan ini semua? Bukankah lebih menyenangkan jika liburan diisi dengan pergi ke taman hiburan atau jalan – jalan di mall? Selama 2 minggu kedepan, kami akan meninggalkan semua kenyamanan hidup kami dan belajar dari para pejuang cilik dari negeri Borneo.
Jauh dari tanah Jawa, masih banyak orang yang membutuhkan hidup. Mereka yang bekerja seadanya. “apapun kami kerjakan asal halal”, mungkin adalah semboyan mereka. Bahkan ada yang pergi mengais rejeki di negera tetangga Malaysia.
Warga – warga di Tebas, Sambas, Kalimantan Barat telah banyak yang mengadu nasibnya di negeri tetangga tersebut. Menurut mereka, kesana lebih mudah dan lebih enak. Bahkan, banyak dari mereka yang sudah menginjakkan kaki di Malaysia daripada di Pontianak, ibukota Kalimantan Barat.
Penantian akan kehidupan yang lebih baik, terlihat jelas pada setiap senyum dan tawa di wajah mereka. Harapan akan pemimpin bangsa yang lebih baik, yang bisa menaikkan derajat hidup mereka.
Mereka perlukan, mereka perlukan.
Kasih Yesus yang besar, sebagai jawaban
Mereka perlukan, mereka perlukan
Tidakkah kau sadari, Dia kasih yang sejati
Mereka perlukan…
Apa yang bisa kita lakukan untuk mereka? Bagikan kasih itu untuk mereka. Bagikan kasih sejati yang rela mati di Kayu Salib itu bagi mereka. Jangan hanya duduk diam dan tertidur di atas kehilangan mereka. Lakukan sesuatu sekarang!
Baca cerita selanjutnya, tentang Borneo, Indonesia
Pingback: Colorful Life of Mine