Kampus tempatku menuntut ilmu, mempunyai sebuah program pembinaan Mahasiswa Baru. Program ini sangat berbeda dengan program pembinaan di kampus lainnya. Program yang diberi nama Ethics Enrichment ini, ada sebuah program mentoring oleh seorang senior kepada sekelompok mahasiswa baru yang dibagi per program studi. Program ini rutin, setiap jumat dan diajarkan tentang arti dan tujuan hidup. Kelompok ini didesain sebagai sebuah keluarga pertama sejak berkuliah. Kelompok yang sama sejak kegiatan ospek kampus dan berlanjut selama satu semester. Tentu saja, hal ini sangat menolong bagi mahasiswa perantuan untuk memiliki teman baru dan juga seorang senior yang akan membantunya di awal – awal perkuliahan seperti ini.
Saya sendiri adalah seorang perantuan, yang mengadu nasib di kota besar, Surabaya. Sebagai seorang gadis perantuan, kehadiran kelompok Ethics Enrichment sangatlah menolong. Saya merasa sangat terberkati dengan kehadiran kelompok ini, khususnya kepada mentor (disebut sebagai Asisten Tutorial) yang bukan sekedar membawakan materi di kelas. Mereka mampu menjadi teman dan teladan di luar kelas. Dua orang senior, yang bukan saja berceramah tentang integritas, tapi mereka melakukan itu. Bukan cuma berbicara tentang integrasi iman dan ilmu, tapi mereka melaksanakan itu. Mampu menjadi teladan di luar kelas, ketika kuliah dan juga lulus dengan hasil yang baik.
Hal itulah yang menginspirasi saya menjadi seorang Asisten Tutorial seperti mereka. Saya mulai mencoba mendaftar, melewati setiap pembinaan yang ada, dan akhirnya saat itu saya berdiri sebagai seorang Asisten Tutorial.
Sebelum program Pembinaan Ethics Enrichment, kampus saya juga mendesain acara ospek Mahasiswa Baru menjadi sebuah kelompok kecil dan lebih banyak berisi pengajaran tentang nilai – nilai kekristenan. Kegiatan ospek yang sangat berbeda dan tanpa pembulian. Ospek juga bukan sebagai kegiatan unjuk gigi senior yang sering ‘menindas’ juniornya. Inilah yang selalu membuat saya bersyukur bisa berkuliah di kampus ini, karena semua kegiatan yang sangat beresensi. Semenjak ospek, kelompok Ethics Enrichment sudah terbentuk (Seperti yang telah saya katakan sebelumnya).
Awal perjalanan saya sebagai seorang Asisten Tutorial, dimulai sejak ospek 2012 (disebut sebagai Frontline). Disana, saya mendapat kelompok beranggotakan 18 orang, dengan komposisi 1 perempuan dan 17 laki-laki. Hal ini sangat menakutkan bagi saya. Pertama kalinya saya memimpin sebuah kelompok, dan mengajarkan mereka tentang jati diri sebagai seorang ciptaan Tuhan. Tentu, banyak sekali ketakutan dan kekhawatiran yang dirasa. Namun, saya berhasil melewati itu semua dengan pertolongan Tuhan.Kebersamaan kami menjadi hal yang paling indah ketika saya duduk di semester delapan. Namun sayangnya, seorang dari kami harus pindah di awal mereka semester satu, dan akhirnya tersisa saya, seorang partner Asisten tutorial saya dan 17 orang laki-laki. Lucu juga jika di-flash back kembali kenangan itu. Banyak sekali masalah yang kami hadapi ketika itu. Masalah demi masalah yang sepertinya tidak ada jalan keluar. Sempat putus asa, dan hampir memilih untuk mundur. Namun, diingatkan kembali tentang semangat pelayananku yang mula-mula. Ya, memang menjadi seorang pembimbing itu tidak mudah, tidak semudah membalikan telapak tangan, sepertinya. Seorang pembimbing yang dituntut untuk menjadi teladan dalam ketidak sempurnaannya dia. Setiap jumat, mengajar di kelas. Mereka sepertinya bosan dan terpaksa untuk mendengar ‘ceramah’-ku. Tapi satu hal yang kuyakini, semua ini tidak akan sia-sia. Karena tugasku ialah menabur, menabur benih dan yang memberi pertumbuhan ialah Tuhan. (Cerita lengkapnya, ada di artikel sebelumnya).
Tahun pertama terlewati dengan baik, saya harus segera mengambil keputusan apakah akan melanjutkan pelayanan sebagai seorang Asisten Tutorial lagi di semester depan atau tidak. Banyak sekali pergumulan yang harus kulewati lagi. Takut untuk ditolak, takut untuk lebih banyak air mata lagi yang keluar, dan masih banyak ketakutan lainnya. Takut gagal menjadi teladan yang baik, takut menghadapi Mahasiswa Baru yang ‘nakal’ lagi. Semua itu, hampir membuat saya memutuskan untuk tidak lanjut. Tapi, akhirnya saya melanjutkan pelayanan ini dengan pikiran bahwa “tidak ada alasan untuk tidak lanjut. Semua alasan itu hanya alasan yang saya buat karena terlalu mencari kenyamanan diri sendiri”.
Singkat cerita, akhirnya saya berada di semester lima dan melayani lagi sebagai Seorang Asisten Tutorial. Namun, tahun ini sedikit berbeda, karena saya tidak melayani sejak ospek, dan alhasil kelompok Ethics Enrichment saya dipegang oleh teman saya yang lain. Tidak ada sejak awal ospek, membuat banyak sekali hal yang terlewatkan. Saya menjadi tidak mengenal kelompok saya dengan baik. Kesibukan saya di semester lima juga sangat padat, sehingga membuat saya sulit mencari waktu bersama dengan mereka di luar kelas. Kadang, saya sering menolak permintaan mereka untuk mengajarkan tentang pelajaran jurusan. Hal ini, semua karena kesibukan saya yang lain. Alhasil, saya berpikir bahwa sekarang ini saya sangat tidak fokus dan terlalu banyak berada ‘dimana-mana’. Saya merasa sangat gagal di tahun kedua ini. Untungnya hal itu tidak membuat semangat saya pudar untuk kembali melanjutkan pelayanan ini di tahun ketiga, yang juga adalah tahun terakhir saya berkuliah, dan bertekad memperbaiki semuanya.
Semester tujuh! Kuliahku semester ini hanya satu mata kuliah dan satu tugas akhir / skripsi. Ini kadang menjadi berita bahagia bagi saya, karena sepertinya saya bisa meluangkan waktu untuk mengembalakan kelompok Ethics Enrichment-ku yang terakhir ini. Di tahun ini juga saya memutuskan untuk tidak mendampingi mereka semenjak kegiatan ospek kampus. Kembali muncul kekhawatiran, jangan sampai tahun ini akan berujung seperti tahun lalu, dimana aku sangat tidak dekat dengan kelompokku sendiri. Saya banyak meluangkan waktu untuk menanyakan kabar mereka dari frontline mereka di ospek. Tetap saja ada ketakutan, apalagi kelompok ini hanya berisi delapan orang cowok. “Wah, saya cewek sendiri dong, pasti susah banget adaptasinya”.
Hari pertama tiba, dan…………
Diluar ekspetasi, mereka orangnya baik, cerita walaupun suka banget bercanda, sampai membuatku sering blank pada materi yang harus dibawakan. Minggu demi minggu mereka mulai menunjukan sifat aslinya masing – masing, dan saya pun semakin dekat dengan mereka. Kami belajar bersama tentang hidup, kami makan bersama (setiap kelas, pasti ada snack-nya), kami saling berbagi cerita. Kami juga belajar untuk mengasihi Tuhan dan mengasihi keluarga. Mereka orang yang aktif dan ceria, juga care dengan temannya. Mereka orang yang mau belajar. Saya juga banyak meluangkan waktu di luar kelas bersama mereka dengan membantu mereka belajar mata kuliah jurusan. Kami merayakan ulang tahun salah seorang teman kami, dan sejak itu kami semakin dekat satu dengan yang lain. Benar – benar diluar ekspetasiku, semua ketakutanku hilang seiring berjalannya waktu. Mereka orang yang terbuka. Kami bukan saja bercerita tentang suka, tapi juga duka. Kami berbagi cerita konyol, saling membuli, yang kupikir itu malah membuat kami semakin dekat. Saya sangat bersyukur, di tengah semua kepenatan kuliah, mereka hadir sebagai penyemangat tiap minggu. Jika ditanya, hari apa yang paling kami tunggu? Jawabannya bukan hari sabtu / minggu sebagai hari weekend. Tapi jawabannya ialah hari jumat. Kenapa? Ya, karena saya dapat bertemu dengan mereka berdelepan ini. Waktu berlalu, dan sudah waktunya untuk kami berpisah (secara formal) di kelas Ethics Enrichment.
Ethics Enrichment membuat saya belajar tentang arti sebuah pengembalaan oleh seorang Gembala. Seorang gembala yang harus keluar dari zona nyaman, mengorbankan waktunya untuk berelasi dengan domba – dombanya satu per satu. Gembala yang harus menuntun dombanya yang kehilangan arah, yang membalut luka mereka, yang memberi mereka makan. Dan itu adalah sebuah pekerjaan yang sulit. Itulah yang Yesus lakukan bagi kita. Bahkan, kita lebih bandel daripada domba-domba itu. Namun, Yesus melakukannya, teman. Dia melakukannya dengan penuh kasih. Dia bahkan menanti kita pulang dan sangat bersukacita ketika kita kembali dalam pelukan-Nya. Pengembalaan bukanlah hal yang mudah. Butuh effort yang besar untuk melakukan itu semua. Tapi itulah yang harus kita lakukan dalam membimbing Mahasiswa Baru ini kedepan.
Disaat perpisahan di Closing Ethics Enrichment, mereka memberiku sebuah hadiah Teddy Bear. Kado yang sangat berkesan dan yang sangat kuinginkan sejak dulu. Mereka lalu mengucapkan kata – kata terima kasih, yang membuatku sulit menahan air mata. Sangat terharu, kalimat itu terucapkan dari bibir mereka satu per satu. Ingin rasanya kuluapkan air mataku yang terus kutahan saat itu juga. Saya sangat sedih, karena harus ada perpisahan ini, disaat kami sudah sangat dekat. Tapi inilah realita yang harus dihadapi. Saya masih bisa menjalin relasi secara tidak formal dengan mereka di sisa 1 semester perkuliahan saya.
Selama ini, saya hanya melakukan apa yang harus saya lakukan, apa yang Tuhan mau untuk saya lakukan. Saya bukan mengajarkan tentang aturan – aturan hidup, tapi saya mengatakan bahwa hidup kalian adalah anugrah dari Tuhan, dan Tuhan Yesus sangat mengasihi kalian. Bahkan, kasihNya itu ditunjukan lewati pengorbananNya di kayu salib, untuk menebus semua dosa umat manusia. Saya bukan cerita tentang history / kebanggan hidup saya, namun, saya menceritakan tentang apa yang telah Tuhan perbuat dalam hidup saya selama 20 tahun. Tentang jatuh bangunnya hidup saya untuk hidup baik di hadapan Tuhan. Saya bukan sekedar mendorong mereka untuk mengejar cita – cita yang menjadi hasrat mereka selama ini, tapi saya mendorong mereka untuk menggenapi Tujuan hidup yang telah Tuhan rancang sejak semula.
Menjadi seorang Asisten Tutorial, adalah sukacita tersendiri. Tuhan telah banyak membentuk dan memprosesku lewat pelayanan ini. Pelayanan ini juga yang banyak mempertemukan orang dengan Kristus, lewat hal yang diajarkan dan lewat teladan hidup Asisten Tutorial. Sebuah sukacita dapat menjadi telinga bagi mereka ketika mereka bercerita tentang kegalauan, kekonyolan dan kesedihan mereka. Berkuliah selama empat tahun, bukan soal menuntut ilmu saja, tapi bagaimana membagikan kasih Kristus bagi orang lain. Adalah karena kemurahan Allah, saya melayani-Nya hingga sekarang dalam pelayanan ini, karena itu saya tidak mau tawar hati dan putus asa.
Mungkin, kita belum bisa melihat hasil dari benih yang kita tabur saat ini. Mungkin juga, kita tidak akan menikmati buah dari benih yang ditabur. Tapi percayalah, benih ini tidak akan jatuh di tanah yang sia – sia. Dia akan bertumbuh, dan Tuhanlah yang memberi pertumbuhan. Tuhan akan terus memproses mereka dengan cara-Nya yang unik, dan membuat mereka menjadi orang-orang yang akan terus memuliakan Tuhan.
Jika, dari kalian yang membaca artikel ini, dan kalian adalah seorang Pelayan Tutorial yang ingin mundur dari pelayanan ini sebelum waktu kalian lulus, tolong pikirkan kembali. Pelayanan ini strategis dan sangat berharga.
Jika, kalian adalah kelompok Ethics Enrichment-ku dulu, saya hanya ingin katakana “Terima kasih karena telah mengubah hidupku, dan berbagi cerita denganku. Tuhan Yesus mengasihi kalian”.
“…Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai” (Yohanes 4:35).
“Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Lukas 10:2).
Soli Deo Gloria.