Apa yang kita minta itu mungkin akan diberikan atau gak diberikan. Tapi itu semuanya ada tantangan. Ketika kita minta dan memohon kesabaran, mungkin kita akan menghadapi banyak ujian tentang kesabaran. Begitu pula dengan kerendahan hati, dan masih banyak lagi hal lainnya. 14 hari tanpa crowded, 14 hari yang mungkin cukup menjadi sebuah refleksi ku di akhir bulan ini.
Dimulai ketika aku disadarkan pada betapa pentingnya sebuah komunitas. Komunitas yang membantuku utnuk bertumbuh semua hanya mengarah pada Yesus. Komunitas dimana aku merasa itu comfort zoneku. Ketika dulu, aku mungkin masih menganggap komunitas itu hanya sebagai pelarianku saja. Bukan menjadi aku yang sebenarnya disana. Tapi, seiring aku di proses, aku menjadi sadar akan hal ini. Di sebuah komunitas, aku banyak bertumbuh dan semakin mengenal Yesus disana. Kampus Swasta tempat aku menuntut ilmu pun sangat mendukung dengan adanya komunitas ini. Sebagai Pelayan Mahasiswa kami ada, begitulah kami menyebutnya. Pelayanan Mahasiswa adalah sekumpulan orang – orang yang ingin menghadirkan kerajaan Allah diseluruh aspek kehidupan. Bukan orang yang sudah menjadi sempurna, tapi mereka yang mau bertumbuh, sama sepertiku. Berawal dari sebuah kegiatan pelatihan kepemimpinan berbasis Kristiani selama 1 tahun, aku mulai diukir. Sebuah batu loncatan bagi aku untuk masuk kedaerah pelayanan yang lebih spesifik. Maka, disinilah aku sekarang -> Pelayanan Mahasiswa. Di bidang persekutuan aku bertumbuh, belajar tentang integrasi iman dan ilmu, dan belajar Alkitab lebih dalam lagi. Bukan Cuma satu komunitas ini, di sebuah ladang pelayanan lain juga aku belajar mengenal Yesus, yaitu sebagai Pelayan Tutorial. Terlebih, aku benar – benar bisa mendalami Alkitab itu di Kelompok Tumbuh Bersama (KTB). Bukan Cuma mengenai bangun hubungan antara aku dan Dia, tapi juga tentang aku dan sesama.
Mungkin seorang cowok tuh hanya menaruh perasaan sahabat pada kita, tapi kita sudah beranggapan berlebihan. Itulah pentingnya konfirmasi di awal hubungan. Yaah… aku belajar tentang bagaimana mendoakan orang lain, memiliki waktu – waktu doa dan terlebih melaksanakan Rutinitas Saat Teduh itu BUKAN karena itu pelayan Tuhan, bukan karena status, bukan karena jabatan yang kita emban, tapi semata – mata karena kita ingin lebih dekat lagi dengan Tuhan. Mungkin, ada waktu dimana kita akan bosan dan penat, tapi secara kedagingan kita itu wajar. Tapi tetap milikilah hati Kristus yang selalu membiarkan Bapa campur tangan atas seluruh aspek kehidupanNya (Markus 1).
Aku juga belajar bagaimana membangun hubungan yang baik dengan Keluarga. Sebuah tempat dimana kita dilahirkan dan dibesarkan. Tempat yang selalu menjadi tempat perteduhan kita kapanpun kita butuh. Tempat yang selalu membuat kita merasa enjoy. Tapi, itu juga menjadi tempat dimana kita sungkan mengungkapkan kasih sayang kita pada mereka yang dipanggil KELUARGA!. “hanya belum terbiasa, nes” begitu kata pembimbing rohani ku. Ya, mungkin aku belum terbiasa dengan budaya peluk dan cium,bahkan lebih simple dari itu, aku ga terbiasa untuk frontal mengucapkan “I love you”. Hati pengen, tapi hanya sebatas itu. Banyak hal yang ingin kulakukan, tapi aku tak mau itu hanya berakhir pada angan dan impian, aku ingin merealisasikan itu semua. Ah… aku jadi gak sabar untuk memberikan kado spesial ini pada mereka. 🙂
Aku jadi tersenyum sendiri bahkan air mataku menetes tanpa kusadari itu. Yah.. ntah mengapa, aku begitu mengasihi mereka. Walau belum setahun kami saling mengenal, tapi mereka telah memberi dampak yang sangat besar atas hidupku. Bahkan ketika ku rapuh, mreka masih bersedia membantu menyusun puing-puing kerapuhan itu kembali. Aku jadi ingat sebuah Film yang baru saja ditayangkan di bioskop. Saat itu, aku pergi menontonnya bersama mereka:)
Film yang sederhana tapi dikemas secara luar biasa. Aku belajar bagaimana mencintai negeri tercinta Indonesia. Perjuangan sahabat yang tak lekang oleh waktu. Atau apakah itu cinta? Cinta seorang sahabat?? Ah… akan sangat melankolis ketika aku harus berefleksi tentang film ini.
Christmas is Coming, lalalala♪♫ tahun ini juga yang menegurku dengan keras tentang makna natal yang sebenarnya. Natal bukan berbicara mengenai kado dan santa claus. Bukan juga tentang baju baru atau dapat angpao. Tapi natal berbicara tentang Yesus yang lahir ke hati setiap kita, Dia yang begitu mengasihi kita bahkan rela mati demi kita yang begitu berdosa ini. Kita yang gak layak, dilayakan. Bahkan lewat komunitas ini juga aku belajar melihat dunia luar, dimana masih banyak orang yang gak bisa merayakan natal dengan tenang. Natal dengan banyak tekanan, tapi aku yakin Tuhan gak akan pernah ninggalin mereka. Ada sebuah lagu, yang liriknya itu begitu baik dan sangat persis denagn apa yang kurasa. Tidak, bukan aku, mungkin kita semua.
Waktu kecil kita merindukan natal
hadiah yang indah dan menawan
namun tak menyadari seorang bayi t’lah lahir
bawa kes’lamatan ‘tuk manusia
Karena kita Dia menderita
karena kita Dia disalibkan
agar dunia yang hilang dis’lamatkan
dari hukuman kekal
Waktu pun berlalu dan kita pun tahu
anug’rah yang besar dari Bapa
yang relakan anak-Nya disiksa dan disalibkan
di bukit kalvari kar’na kasih
T’lah kudapati jalan kehidupan
tatkala kubukakan hatiku bagi Dia
dalam ucapanku, dalam segala hal
ku s’lalu memuji Dia… puji Dia…
Ketika natal tiba berarti sebentar lagi tahun 2012 akan segera berakhir. Apa yang sudah kulakukan selama ini? Apakah semua yang kulakukan itu membahagiakan hati orang tua? Apakah semua yang kulakukan itu adalah apa yang Yesus mau aku lakukan untuk DIA? Begitu banyak pertanyaan yang menghantui aku akhir – akhir ini. Mungkin aku bisa menemukan jawabannya nanti. Tapi satu hal sih yang ingin ku bagikan, yaitu, ketika kita lakukan semua hal, lakukanlah semua utk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23). Karena hidup kita ini yang punya adalah Kristus, biarlah kita bertumbuh di dalam SEGALA HAL ke arah DIA, Kristus yang adalah Kepala (Efesus 4:15)
Kalau mendengar kata akhir tahun, pasti diiringi dengan hawa-hawa liburan. Ya, apalagi untuk seorang anak kost seperti aku. Ini hal yang sangat dinantikan. LIBURAN!!! Yeah, aku teriak kegirangan. Mudik, pantai, ikan, kamar dan sahabat – sahabat disana. Tapi disatu sisi, aku begitu takut. Aku takut imanku goyah saat liburan dirumah, takut untuk aku juga libur doa, sate, dsb L
Aku begitu takut. Takut keluar dari zona nyamanku disini. Gak ada lagi pagar yang membatasi ku untuk ‘seolah-olah’ terlihat rohani. Liburan itulah masa yang sangat menunjukan bagaimana sih aslinya kita. Dan yang menjadi pertanyaan refleksiku, apakah semua yang aku lakukan sekarang itu hanya topeng atau telah mengubah wajah asliku???
Guys, mungkin kita terlalu sering ingin terus berada pada zona nyaman kita. Tapi sebenarnya, semakin kita ingin sering disana, ada sebuah dorongan untuk menyuruh kita pergi menjauh ke tempat yang gak nyaman buat kita, dan lakukan sesuatu disana. Setahun ini, benar-benar aku di proses, diukir dengan Indah oleh tangan Tuhan sendiri. Terlebih aku bisa bertumbuh dalam kasih, karakter yang selalu mendekat pada Kristus. Ayo, biarlah perubahan ini hanya seperti kita sedang membeli sebuah topeng baru, terus dipakai, tapi kiranya dapat mengubah kita hingga kita semakin serupa dengan Yesus.