Dalam sebuah pertandingan, kita pasti ingin menang. Tapi menang yang seperti apa? Hasil kah? Atau sebuah proses yang baik? Aku lebih memilih……….keduanya
Untuk sebuah didikan, dengan jerih payah, pasti si pendidik ingin sebuah hasil yang baik. Seperti orang tua yang mendidik anaknya dengan baik, pasti ingin hasil yang baik pula. Begitu juga, Queen disaat membina sebuah kelompok kecil. Perjuangan Queen untuk menjadi seorang pembimbing melewati begitu banyak proses. Konsep yang salah dulunya, diubah ke arah konsep yang benar. Rasis menjadi tidak rasis. Egois dan berusaha untuk rendah hati. Semua dilakukan Queen untuk mempersiapkan dirinya menjadi seorang pembimbing, sebut saja sebagai kakak tutor.
Dan ketika Queen melangkahkan kakinya ke medan perang, Queen begitu semangat sekali. Bertemu dengan anak – anak yang akan dia bimbing kurang lebih 6 bulan. Kegembiraan Queen saat itu tidak bisa digambarkan oleh apapun. Apalagi, ketika, 7 hari intens bersama mereka. Tawa selalu menghiasi tiap hari itu. Tapi, itu semua masih topeng yang mereka pakai. Queen berpikir, mungkin ketika lanjut lagi ke tahap berikut, Queen bisa tahu ‘wajah’ mereka yang sebenarnya. Ya, itupun yang diharapakn oleh teman – teman Queen, pembimbing yang lainnya.
Hari demi hari, Queen lalui sebagai seorang pembimbing seminggu sekali. Bahkan ketika di awal saja, Queen sudah mendapat banyak sekali tantangan. Yah… mungkin ketika 7 hari itu, Queen hanya memberikan kasih, tidak dengan adil. Sehingga, mereka menjadi begitu manja. Manja dan tidak bisa diatur, begitu kira-kira yang Queen rasakan.
Tapi, dengan perlahan, dengan doa, dengan kasih dan adil, Queen mencoba menyelesaikan semuanya, tentu saja dengan bantuan orang – orang di sekitar. Kasih Yesus begitu luar biasa, masalah pun terselesaikan. Tapi tak sampai disitu saja, tetap berdatangan masalah silih berganti dari dalam kita sendiri.
Panjang dan rumit, bagai benang yang kusut dan susah untuk dirapikan lagi. Bahkan hingga sekarang, Queen masih berusaha untuk menyelesaikannya. Seolah tak ketemu jalan keluar, tapi Queen percaya, rencana Tuhan, janji Tuhan akan nyata dalam hidupnya.
Kembali lagi ke “mereka”. Queen merasa terlalu sibuk dengan segala kegiatannya di tempat lain. Queen seperti tak punya waktu untuk mereka, bahkan ketika mereka memerlukan bantuan. Awalnya sih bisa, tetapi ketika lama kelamaan, Queen semakin sibuk dan benar – benar gak punya waktu lagi untuk bercengkerama dengan mereka. Queen merasa bersalah, dia tidak maksimal untuk pelayanan ini. Bahkan terkadang, Queen merasa kurang peka dan terlalu cuek dengan mereka.
Sehingga kini, pergaulan mereka menjadi tambah parah. Mungkin ini ‘wajah’ mereka yang sebenarnya atau ntahlah. Mereka sudah sangat berubah. Salah memilih pergaulan, tetapi apa hak nya Queen?? Mau melarang? Siapa dia bagi mereka? Nothing. Queen kembali mengoreksi lagi diri kembali, mungkin dia nya terlalu sibuk, bahkan untuk memalingkan wajahnya ke mereka saja, sudah tidak sempat.
Satu saja pinta Queen, mereka mau diproses lagi. Tidak terjerumus dalam hal yang salah dan mereka mau berubah.
Queen begitu sayang mereka seperti adik – adiknya sendiri. Dalam doanya, selalu nama mereka disebut.
For love, IC~