Well, saya menulis ini di tengah – tengah kesibukan saya beraktivitas di kampus, dengan banyak sekali tugas dan tanggung jawab sebagai mahasiswa yaitu menghadapi kuliah dan terlebih di jurusan, Proyek mata kuliah. Tapi, saya tetap memberikan waktu khusus untuk menuiskan sharing singkat saya ini. Berharap, dengan ini, saya bisa memberi motivasi orang lain tentang apa yang akan saya sharing kan nanti.
PROSES! Mungkin pertama mendengar kata itu, kita sendiri sudah tahu artinya. Dimana proses itu sendiri adalah jalan untuk mencapai sebuah tujuan. Seperti contoh, ketika kita mau bisa berjalan, kita harus mulai dengan merangkak, jalan 1 – 3 langkah, berjalan dan kemudian berlari. Mungkin itu arti yang sudah banyak orang pahami. Tapi, apakah esensi dari sebuah ‘proses’ itu sendiri sudah bisa kita rasakan? Dimana, proses itu ada untuk mengubahkan setiap hati kita untuk menjadi lebih baik lagi. Atau dengan bahasa tegasnya, menampar kita untuk peka dengan segala sesuatu yang ada di sekitar kita.
Dunia kampus atau dunia universitas menawarkan itu. Bukan hanya hardskill yang dicari, tapi bagaiaman sebuah proses yang mengubahkan setiap jiwa untuk memiliki hati yang lebih baik lagi terutama di bidang softskill. Well, saya akan memulai menerjemahkannya dari segi softskill. Softskill berbicara mengenai jiwa kepemimpinan. Masa – masa berkuliah di semester awal boleh dbilang menjadi masa transisi kita dari siswa SMA dengan pemikiran yang masih tergolong ‘SMA’ menjadi sebuah pemikirian yang lebih kritis lagi, dan itu dilatih dalam sebuah kepanitiaan atau organisasi. Sikap – sikap egois nya kita akan perlahan atau dengan kata lain saya bilang, ini PROSES untuk mengubah pola pikir kita. Bukan hanya itu, ada beberapa kampus besar yang mengutamakan proses ‘mengubah pandangan hidup’ dalam setiap pembinaan mahasiswa baru atau lebih terkenal disebut ospek. Ya, sebelum saya ngawur kemana – mana, kita kembali lagi ke topik kita di awal, proses !
Saya persempit lagi jangkauan pembicara kita pada sebuah Universitas berbasis nilai – nilai kristiani. Sangatlah rugi sekali jika kita sudah mendapat kesempatan berkuliah di kampus yang menawarkan sebuah ‘PROSES’ rekonsiliasi tetapi kita tidak memanfaatkan itu dengan baik. Apa yang kita kejar cuma Pengetahuan? Poor you, jika kamu hanya mengejar itu. Ok, mari kita lihat lagi alur dari yang saya maksudkan diatas. Ibarat kita mau menaiki sebuah gunung, bukan hanya ada tanjakan, tetapi kita juga menemui sebuah turunan, jurang untuk mencapai puncak gunung tersebut. Apakah kita bisa melewati jurang itu? Itu sebuah proses. Proses inilah yang akan membentuk kepribadian kita. Percuma kita duduk disetiap kelas dengan setia mendengarkan semua teori tentang world view atau tentang cara mencapai sebuah tujuan jika kita sendiri tidak mau setia ikuti proses itu. Seberapapun waktu kita untuk mencapai sebuah tujuan tidaklah penting, dibanding semua proses yang kita dapat. Contoh konritnya ketika kita berkuliah. Apa tujuan kuliah ? dapat gelar sarjana dan pekerjaan yang layak. Apa yang kita lakukan selama kuliah? Apakah HANYA belajar ilmu pengetahuan? Seseorang boleh lulus di tahun yang sama, tetapi belum tentu setiap orang yang berada dalam sebuah auditorium besar itu mempunyai proses yang sama. Tanpa kita sadari, kita semua sedang diproses Tuhan untuk sebuah misi yang besar. Mungkin ada yang selama kuliah hanya kuliah – pulang dan belajar. Atau ada yang dedikasi hidupnya selama kuliah untuk sebuah organisasi tertentu? Atau ada yang menjalani keduanya dengan seimbang? Nah, itu proses. Dimana menjadi sebuah proses yang bermanfaat ke dalam diri kita sendiri dan juga keluar kita.
Kita lewat tulisan ini, banyak orang terberkati. Jika ada yang masih kurang yang tentang tulisan yang sangat ‘kacau’ ini, boleh langsung bertanya pada saya, dan kita diskusi sama – sama lewat media sosial ini. Marilah kita semua, siapa saja tanpa terkecuali, memberi diri kita untuk diproses, pakai sebuah proses itu, semua fasilitas yang sudah ada di depan mata kita untuk mengubahkan hidup kita yang lebih baik lagi. Tujuan bukanlah merupakan ‘satu-satunya’ target, tapi tujuan menjadikan kita untuk terlibat dalam sebuah proses. Bukankah membuat sebuah patung dengan ukiran indah dan mendetail memerlukan sebuah proses panjang, teliti dan penuh dengan kesakitan? Nah, itulah manusia sekarang, sebuah patung yang berharga di depan Tuhan dan Tuhan sendiri yang sedang mengukir kita. Untuk nantinya ‘patung – patung’ ini menjadi sarana untuk dunia lebih mengenal siapa Yesus Kristus sendiri. Terima kasih. God bless you all J
“ Setialah kamu di dalam sebuah proses” – unknown.