“A good listener is not only popular everywhere,
but after a while he gets to know something.”
– Wilson Mizner
Selama ini, aku adalah type orang yang mau didegarkan, namun tak suka mendengar. Tapi bukan berarti aku tidak menjadi seorang pendengar yang baik.
Jika aku jadi pendengar…
empati
Well, banyak banget orang yang bilang kalau aku itu pendengar yang baik dan mau mengerti. Kenapa? Karena aku punya empati yang tinggi, aku selalu berusaha memasuki dunia pembicara dan merasakan apapun hal yang terjadi pada dirinya. Contoh yang paling konkrit, kalau temanku menceritakan tentang kisah cintanya (yang nangis-nangis lho) aku selalu ikutan nangis. Tapi saat cerita yang lucu, dia ketawa terbahak-bahak, dan aku malah senyum saja. Ya, mungkin karena aku tidak memiliki selera humor yang bagus. Bukan hanya saat sedang berkomunikasi saja, aku bias jadi pendengar yang baik dan berempati yang tinggi, tapi disaat nonton film,aku juga bias masuk kedalam sudut pandang pemain dan yang baru-baru ini terjadi ialah saat aku menulis diary H-7 sebelum kematian (tugas tutorial etika). Disitu aku nangis banyak karena aku seolah merasakan apa yang terjadi di dalam kertas yang bertuliskan diary H-7 tersebut. Tapi empatiku ini tidak lah balance dengan objective. Aku itu Cuma berempati pada temanku, dan TERKADANG (tidak sering) barulah aku berempati pada lawanku. Mungkin di pikiranku, karena aku sudah meyakinkan dan mengatakan pada diriku sendiri tentang ‘itu lawanku’, makanya aku kesusahan untuk menerima keberadaan/berempati pada lawanku.
Dan aku sadar, bahwa ini adalah sikap yang salah, aku harus berubah dan jadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Aku tidaklah lagi memandang siapa dia, tapi aku harus melihat siapa aku. Apakah aku pantas membenci sesame dan tidak berempati pada mereka? Akan ku ubah sikapku itu..
Menghakimi
Sebuah kenyataan juga yang terjadi pada hidupku ialah aku suka banget menghakimi terlebih dahulu dan terkadang merasa ku lebih dari mereka. Saat temanku bicara, aku langsung menghakimi dia dengan kata-kata yang membuat hatinya bersedih . dan Jika aku lagi badmood, Aku bukanlah type pendengar yang baik. Karena pasti semuanya akan ku jawab dengan jawaban yang kejam (sinis), seperti “so?”, “lalu urusannya denganku apa?”, “ISDL (itu sih derita lo) yah”, dsb. Aku sadar banget kalau itu sangat menyakitkan karena jika aku yang merasakan hal yang demikian aku juga akan marah, kesal dan jengkel. 🙂 nah lewat IC ini, aku ingin berubah lagi. Dan tidak langsung menghakimi orang yang sdang berbicara dengan kita. Tapi sebaiknya kita harus mengerti lebih dahulu, dan memberikan respon (jika diminta).
Aku suka didengarkan…
Hari ini (20/9) kuliah komal nyantol banget didiriku. Saat aku belajar tetang “listening in Interpersonal communication”, aku jadi sadar dan mengetahui lebih banyak hal lagi. Ternyata aku adalah seseorang yang lebih menggunakan perasaan dan paling suka untuk didengarkan. Sejak kecil, aku sudah terbiasa menceritakan segala sesuatu yang terjadi di diriku pada orang lain (dalam hal ini:tanteku). Contohnya saja, saat pulang sekolah (sejak SD-SMA), aku selalu menceritakan apa yang terjadi denganku tadi di sekolah. Aku tak butuh respon dari tanteku, aku hanya ingin mereka mendengarkan, karena bagiku, jika ada yang mendengarkan maka tidak ada lagi yang masih terbeban dipikiranku. Memang terkadang aku sering meminta pendapat/respon dari mereka. Nah, waktu kuliah aku kesusahan cari orang untuk mau mendengarkanku, terkadang aku menceritakan pada teman-temanku, tapi mereka malah memberikan respon yang malah mematahkan semangatku. Padahal sebenarnya aku tidak butuh respon mereka. Hal itulah yang membuat aku malas untuk menceritakan pada mereka.
Reflection
Nah, lewat ini semua aku belajar untuk menghargai orang yang sedang berbicara, tidak menghakimi, memberikan respon yang positif, bersikap netral dan berempati. Sesungguhnya aku jauh dari semua hal yang di atas ini. Tapi mulai sekarang aku bertekad untuk mengubah semuanya, agar bukan saja aku yang senang tapi pembicara juga senang dan kita sama-sama memperoleh sesuatu yang positif dari ini semua. 🙂